Kamis, 30 Juni 2016

Sungguh engkau menakjubkan, wahai manusia

. *PUISI GUS MUS*
_KH Mustofa Bisri_
*Sungguh engkau menakjubkan, wahai manusia !*
_Saat lahir, kau diadzankan di telingamu tanpa sholat._
_Dan saat mati, kau disholatkan tanpa diawali adzan._
*Sungguh engkau menakjubkan, wahai manusia !*
_Saat lahir, kau tidak tahu siapa yang mengeluarkanmu dari perut ibumu._
_Dan saat mati, kau tidak tahu siapa yang memasukkanmu ke dalam kubur._
*Sungguh engkau menakjubkan, wahai manusia !*
_Saat lahir, kau dimandikan dan dibersihkan._
_Dan begitu pula saat mati, kau dimandikan dan dibersihkan._
*Sungguh engkau menakjubkan, wahai manusia !*
_Saat lahir, kau tidak tahu siapa yang riang gembira atas kelahiranmu._
_Dan saat mati, kau pun tidak tahu siapa yang menangis sedih atas kematianmu._
*Sungguh engkau menakjubkan, wahai manusia !*
_Saat di perut ibu, kau berada di ruang yang sempit lagi gelap._
_Dan saat mati, kau pun berada di ruang yang sempit lagi gelap._
*Sungguh engkau menakjubkan, wahai manusia !*
_Saat lahir, kau dibungkus dengan kain untuk menutupimu._
_Dan saat mati, kau pun dibungkus dengan kain untuk menutupimu._
*Sungguh engkau menakjubkan, wahai manusia !*
_Saat lahir dan tumbuh besar, orang-orang bertanya tentang prestasi dan kebaikan-kebaikanmu._
_Dan saat mati, malaikat akan bertanya tentang amal-amal yang pernah kau perbuat._
*Lalu,......................*
*Apa yang telah kau persiapkan untuk akhiratmu ???*
Wassalam

Rabu, 29 Juni 2016

imam syafii - bekerja dan mencari ilmu

habib lutfi - tentram

pancasila

gus mus - senyum

berbuat baik tanpa memandang agama dan suku

akibat cinta dunia

Ada seorang Raja dihadiahi sebuah Guci yang sangat indah. Terbuat dari batu Hijau dan di kelilingi manik-manik mutiara. Begitu melihatnya hati Raja langsung sangat menyukainya. Ia berkata kepada penasehatnya :
.
" Bagaimana pandanganmu tentang Guci ini ?"
.
" Menurut saya , guci ini sebuah musibah dan sebuah kemiskinan buat anda." Jawab Penasehat.
.
"Mengapa bisa begitu ?" Tanya Sang Raja .
.
" Coba anda pikir , jika guci itu pecah bukankah itu musibah berat buat anda yang tidak tidak akan adapenawarnya ?
Jika guci itu hilang dicuri maka anda malah menjadi miskin karena kehilangannya dan belum tentu bisa mendapat gantinya yang sepadan dengannya ..
Padahal sebelum guci ini datang , sungguh kehidupan Tuan aman-aman saja dari ancaman kesusahan dan kemiskinan karena kehilangannya...!" Jawab Penasehat.
.
.
Dan akhirnya benar terjadi , guci itu jatuh dan pecah berkeping-keping dihadapan Sang Raja. Rasa sedih dan berat hati langsung mendera dirinya . Maka diaa berkata :
.
" Ternyata benar kata Penasehatku itu .... Jika tahu begini akibatnya lebih baik aku tidak punya Guci ini saja.."
.
.
__Pesan dari kisah diatas adalah bahwa :
.
.... bukan harta dunia yang menjadi masalah bagi banyak orang , namun cinta dunia yang ada di dalam hati mereka itulah sumber masalahnya . Karena sesuatu yang tidak abadi seperti harta dan keduniawian itu bisa tiba-tiba musnah dengan begitu mudahnya , meninggalkan rasa sesal di dalam hati yang sudah kadung merasa memilikinya dan menyukainya .
.
Sayangnya , banyak diantara kita yang terlalu mudah mencintai dunia dan memasukkannya kedalam hati , padahal untuk benda-benda yang harganya remeh semata !!
.
Ya sudah , kalau begitu ...... 

LAILATUL QADR PARA SUFI

Oleh: K Ng H Agus Sunyoto
Di tengah keheningan malam yang melingkupi Pesantren Sufi yang dipenuhi jama’ah pemburu Lailatul Qodr, tiba-tiba terjadi suatu peristiwa yang membuat para jama’ah menoleh berbarengan ke arah halaman melihat Mas Wardi Bashari, santri lawas, melonjak-lonjak kegirangan di samping Sufi Sudrun. Rupanya, di bawah petunjuk dan arahan Sufi Sudrun, Mas Wardi Bashari menyaksikan dengan pandangan bashirah bagaimana gemuruh para malaikat dan ruh turun dari langit tinggi ke langit dunia.
“Aku sudah menyaksikan. Aku sudah menyaksikan,” seru Mas Wardi Bashari dengan nafas terengah-engah,”Sungguh penyaksian yang luar biasa menakjubkan.”
Hanya dalam hitungan menit, mushola yang semula penuh menjadi kosong karena semua lari ke halaman, ingin menyaksikan malam kemuliaan yang ditandai turunnya para malaikat dan ruh ke dunia.
Sambil bertanya ini dan itu kepada Mas Wardi Bashari dan Sufi Sudrun, mereka ingin ikut menikmati anugerah ruhani menyaksikan malam yang lebih baik dari seribu bulan itu.
Sebagian di antara jama’ah yang diberitahu Mas Wardi Bashari tentang kegaiban luar biasa yang disaksikannya yang berlangsung sampai saat itu, bersujud syukur memanjatkan puja-puji kemuliaan kepada Tuhan meski mereka tidak menyaksikan sendiri malam mulia itu. Hingar kegembiraan menyemarakkan malam ke-21 Ramadhan dengan celoteh para pemburu Lailatul Qodr.
Setelah lebih setengah jam terlibat hiruk di halaman, Ndemo dan Aditya masuk ke dalam mushola, di mana mereka mendapati Guru Sufi, Sufi tua, Sufi Jadzab, Sufi Kenthir, Sufi Senewen sedang tenggelam dalam kekhusyukan iktikaf.
Mereka seperti tidak terpengaruh sama sekali dengan kejadian apa pun yang berlangsung di sekitarnya. Mereka melanjutkan iktikaf sampai fajar.
Usai sholat Subuh dengan benak dikitari tanda tanya Aditya bertanya kepada Guru Sufi tentang peristiwa aneh tidak masuk akal yang dialami Mas Wardi Bashari, yaitu menyaksikan bagaimana pada malam kemuliaan itu para malaikat dan ruh turun dari langit ke dunia.
“Mohon maaf Mbah Kyai, apakah malam kemuliaan itu memang bisa kita saksikan?” tanya Aditya.
“Yang bersih hati dan jiwanya, bisa menyaksikan secara bashirah,” sahut Guru Sufi datar.
“Maaf Mbah Kyai,” kata Aditya belum puas,
”Kalau Mas Wardi Bashari saja bisa menyaksikan Lailatul Qodr, maka logikanya Mbah Kyai, Mbah Sufi Jadzab, Pakde Sufi tua, Paklik Sufi Kenthir pasti lebih bisa menyaksikannya.”
Guru Sufi diam tak menjawab.
“Maaf Mbah Kyai,” kata Aditya melanjutkan pertanyaan,”Kalau Mbah Kyai punya kemampuan untuk menyaksikan Lailatul Qodr, kenapa Mbah Kyai tidak keluar untuk menyongsong Lailatul Qodr? Bukankah dengan kemampuan menyaksikan yang gaib itu, Mbah Kyai akan sangat muda menjemput malam kemuliaan yang ditandai turunnya para malaikat dan ruh itu ke dunia?”
“Kami tidak pernah berhasrat kepada godaan Lailatul Qodr,” sahut Guru Sufi dingin.
“Apa, godaan?” sergah Aditya kaget,
”Mbah Kyai tidak berhasrat kepada Lailatul Qodr? Bagaimana ini? Bukankah orang sedunia beramai-ramai mencari Lailatul Qodr tapi Mbah Kyai malah menganggapnya sebagai godaan,bagaimana penjelasannya?”
“Memangnya ada perintah yang mewajibkan kita untuk mencari dan menjemput Lailatul Qodr?” sahut Guru Sufi datar,”Apakah hukum menjemput Lailatul Qodr itu wajib atau sunnah? Apakah Rasulullah Saw pernah mencontohkan iktikaf di masjid dengan tujuan utama mendapatkan Lailatul Qodr?”
Aditya diam tidak menjawab.
“Kalau berdzikir mengingat Allah, Dzat Yang Memiliki dan Mengaruniakan Lailatul Qodr kepada umat Islam, apakah hukumnya?” tanya Guru Sufi.
“Kalau Dzikir itu hukumnya wajib, Mbah Kyai, karena perintah untuk dzikir mengingat Allah itu diungkapkan berkali-kali di dalam Qur’an,” sahut Aditya garuk-garuk kepala,
”Tapi semua orang di dunia pada malam ganjil di sepuluh hari terakhir bulan Ramadhan ini pada berebut menjemput Lailatul Qodr. Apakah itu salah Mbah Kyai?”
“Tidak ada yang salah dari kebiasaan memperebutkan pahala seribu bulan yang sudah berurat akar itu, sebagaimana tidak salahnya orang-orang yang berjuang keras untuk bisa masuk ke dalam surga karena Lailatul Qodr sendiri adalah bagian dari ni’mah Ilahi yang bermuara ke ni’mah surgawi. Tetapi apa yang kami lakukan dengan istiqomah mengarahkan kiblat hati dan pikiran hanya kepada Allah sehingga mengabaikan dan bahkan menganggap Lailatul Qodr sebagai bagian dari godaan ni’mah surgawi yang bisa memalingkan hati dan pikiran kami dari Allah, juga tidak boleh dianggap salah,” jawab Guru Sufi.
“Tapi Mbah Kyai, bagaimana orang beragama menjalankan perintah Allah dengan mengabaikan ni’mah kemuliaan Lailatul Qodr dan kenikmatan surgawi?” tanya Aditya belum faham.
“Orang beragama menjalankan perintah Allah itu ada dua golongan,” kata Guru Sufi
"Yang pertama, adalah golongan yang menjalankan perintah Allah dengan mengharap imbalan dari Allah berupa kenikmatan duniawi maupun ukhrawi. Golongan inilah yang paling besar jumlahnya.
Sementara golongan yang kedua, adalah golongan yang menjalankan perintah Allah dengan harapan menjadi hamba yang lebih dekat kepada Allah guna mendapat ridho-Nya tanpa mengharap apa pun di antara aneka kenikmatan yang dilimpahkan-Nya kepada hamba-Nya.”
“Maaf Mbah Kyai, bagaimana menjelaskan secara masuk akal perihal kedua golongan itu?” tanya Aditya belum memahami uraian Guru Sufi.
“Jika engkau menjadi orang yang kaya raya, lalu datang orang mendekatimu dan mengatakan wahai Mas Aditya biarlah aku bekerja sebagai karyawanmu asal engkau beri aku gaji yang banyak, engkau beri aku mobil dinas, engkau beri aku jatah makanan yang sangat lezat, engkau beri aku rumah, ijinkan aku sekali waktu masuk ke dalam tamanmu untuk ikut pesta kebun. Inilah analogi dari gambaran golongan pertama yang menjalankan perintah Allah karena berharap mendapat imbalan Ni’mah Allah.
Sementara untuk golongan kedua ibaratnya engkau orang yang kaya raya memiliki segala, lalu datang seseorang yang mendekatimu dengan mengungkapkan hasratnya untuk menjadi pegawaimu tanpa sedikit pun ia menginginkan imbalan harta kekayaanmu. Ia menginginkanmu menjadi tuannya. Ia memasrahkan semua dirinya utuh atas keputusanmu, apakah dia akan engkau jadikan pekerjamu sebagai jongos, kacung, sopir, tukang masak, asisten dengan sedikit pun tidak memikirkan imbalan upah dan pemberianmu. Nah, bagaimana kira-kira sikapmu terhadap dua orang yang yang berbeda ini?” kata Guru Sufi menjelaskan.
“Saya faham Mbah Kyai,” sahut Aditya menyimpulkan,
”Berarti Mbah Kyai, Mbah Sufi Jadzab, Pakde Sufi tua, Paklik Sufi Kenthir masuk golongan yang kedua sehingga mengabaikan Lailatul Qodr dan aneka Ni’mah Surgawi, sebaliknya hanya menghadapkan kiblat hati dan pikiran kepada Pemilik sekaligus Pemberi anugerah kemuliaan Lailatul Qodr.”
Guru Sufi diam.
“Kenapa Mbah Kyai memilih menjadi hamba dari golongan kedua?” tanya Aditya ingin penjelasan, “Mohon penjelasan untuk bisa kami jadikan pedoman dalam meniti jalan menuju-Nya.”
“Allah sudah bersabda: Waladziina jahadu fiina lanahdiyanahum subulana (barang siapa berjihad dengan sungguh-sungguh menuju Kami, maka akan Kami beri jalan-jalan Kami). Itu berarti, menuju Allah itu wajib didasari semangat jihad yang menyala-nyala pantang redup dan padam. Tetapi hendaknya kalian ingat, bahwa Allah bukan Sesuatu yang bersifat statis yang membiarkan seseorang mendekati-Nya. Allah akan menguji semua yang mendekati-Nya untuk membuktikan kebenaran dari jihad yang dijalankannya dalam menuju Allah. Begitulah, berbagai hal yang berkaitan dengan ni’mah kemuliaan – maunah, karamah, himmah, tahakkum, termasuk lailatul qodr - yang dihamparkan di hadapan seorang salik pada dasarnya adalah ujian bagi kesungguhannya menuju Allah,” kata Guru Sufi menjelaskan.
“Kami faham Mbah Kyai,” kata Aditya manggut-manggut dengan wajah berseri-seri,
”Berarti laku ruhani yang dijalankan para sufi pada dasarnya adalah memaknai secara haqqi qi perjuangan kembali kepada-Nya dengan berpedoman kepada kalimah Innalillahi wa inna ilaihi roji’un – Sesungguhnya kita berasal dari Allah dan akan kembali kepada-Nya. Benar begitukah Mbah Kyai?”
Guru Sufi mengangguk meng-iya-kan.
“Alhamdulillah,” sahut Aditya gembira,”Berarti saya tidak perlu lagi marah kalau dicela murid-muridnya ustadz Dul Wahab sebagai ahli neraka karena amaliah bid’ah, karena sejatinya apa yang saya jalankan tujuannya hanya kepada Allah dan tidak bersangkut-paut dengan makhluk ciptaan yang disebut surga dan neraka. Terima kasih Mbah Kyai,” Aditya menyalami dan mencium tangan Guru Sufi dengan hati terasa luas, seluas samudera raya tanpa tepi.

Selasa, 28 Juni 2016

pesan ali bin abi thalib


LAILATUL QODAR

Lailatul Qodar atau Malam Kemuliaan.
Tidak layak mendapatkan kemuliaan kcuali org2 yg mulia...
Org yg mulia bukanlah org yg dimuliakn, tp org yg pandai memuliakan serta tdk merasa lbih mulia dr org yg memuliakannya...
Semulia-mulia org yg mulia adalh org yg tetp berbuat mulia serta pandai memuliakan pd org yg blum bs berbuat mulia, shingga dirinya layak dpt kemuliaan dr Alloh Dzat yg Maha Mulia.
Ya Alloh, muliakan kami berkah malam kmuliaan ini, Aamiin.

Kamis, 23 Juni 2016

pakailah mata Alloh sebagai ukuran - mbah nun

TAKUT TERKENAL

PAMER

28 DAWUH KH. MAIMOEN ZUBAIR

Berikut adalah sebagian dawuh Mbah Maimoen Zubair yang sempat saya kumpulkan sewaktu ngaji:
1. "Sampeyan sekolah model apapun, seng penting ojo ninggalno ngaji." (Anda sekolah yang bagaimanapun, terpenting jangan tinggalkan ngaji).
2. "Dzurriyatur Rasul kebanyakan tak terlihat, maka jangan menjelek-jelekkan orang Islam."
3. "Kulo gadah (punya) guru namine (namanya) KH. Abdullah bin Nuh. Beliau kalau mau mengajar harus muthalaah dahulu, padahal beliau sangat alim."
4. "Wong koq neng omah terus kaprahe ora sehat, mulane sekali-kali refreshing." (Umumnya orang yang kebanyakan di rumah itu tidak sehat, maka sesekali perlu refreshing).
5. "Kelompok yang menguasai dataran tinggi Golan maka akan menguasai dunia. Seperti yang terjadi saat ini, Yahudi sekarang yang menguasai dataran itu."
6. "Wong iku kudu duwe jiwa Nasionalis." (Orang itu harus punya jiwa Nasionalis).
7. "Jangan mengatakan negara Uni Soviet itu komunis. Pemerintahannya saja yang komunis. Karena dulu Uni Soviet itu terdiri dari banyak daerah seperti Uzbekistan, Turkmenistan, dll. yang mayoritas Muslim. Dan banyak ulama besar lahir di sana seperti Imam Bukhari, Imam Samarkandi, dll. Cuma Rusia yang non-Muslim."
8. "Setelah shalat Shubuh jangan tidur lagi, karena bisa menyebabkan faqir."
9. "Kalau kamu ditanya alamat oleh seseorang jawablah dengan alamat desamu, jangan kotamu dulu. Karena ulama-ulama itu bangga dengan desanya."
10. "Kiai iku kudu iso moco kitab kosongan." (Kiai itu harus bisa membaca kitab kuning gundul).
11. "Ora kudu pinter bercakap-cakap bahasa Arab. Seng kudu iku biso moco tulisan Arab lan paham." (Tidak harus pandai bercakap bahasa Arab. Yang harus adalah bisa membaca tulisan Arab dan paham).
12. "Syaikh Ihsan Jampes iku ngalim, iso ngarang kitab Sirajut Thalibin. Ngalime koyo ngono tapi ngomong-ngomong Arab gak patek lancar." (Syaikh Ihsan Dahlan Jampes Kediri itu alim, mampu mengarang kitab Siraj ath-Thalibin. Beliau yang begitu alimnya saja dalam percakapan bahasa Arab kurang begitu lancar).
13. "Wong wareg iku angel ngalime." (Orang yang kenyang itu sulit menjadi alim).
14. "Gusti Allah ojo mbok tuntun." (Allah Swt. jangan didikte).
15. "Wong seng apik iku wong seng ora berubah waktu seneng utowo susah." (Orang yang baik itu orang yang tidak berubah sewaktu suka ataupun susah).
16. "Al-Quran keterangane kadang dibolan-baleni. Mulane wong koq bosen karo al-Quran berarti lemah imane." (Al-Quran keterangannya terkadang diulang-ulang. Maka, jika ada orang yang bosan terhadap al-Quran pertanda lemah imannya).
17. خير الامور وسط # حب التناهي غلط . "Yang terbaik dalam segala sesuatu adalah yang moderat (pertengahan) # Sedangkan suka pada penghinaan adalah suatu kesalahan."
18. "Nek arep ngomong ojo waktu jengkel." (Kalau mau berbicara jangan di saat marah).
19. "Orang yang kamu ikuti itu kudu seng pinter agomo (harus yang pandai agama/seorang ulama).
20. "Kanjeng Nabi walaupun sebagian paman-pamane kafir lan mungsuhi (memusuhi), tetapi Beliau (Saw.) tetap bersilaturahim pada mereka."
21. "Kudu biso moco (harus bisa baca kitab) Fathul Mu'in lan Fathul Qarib."
22. "Biso parek karo Allah iku dengan bil ilmi wattaqwa." (Bisa dekat dengan Allah itu dengan ilmu dan ketakwaan).
23. "Ora do iso moco kitab koq arep gawe Khilafah." (Tidak bisa baca kitab kuning koq mau membuat/mendirikan Khilafah!).
24. "Ora usah sombong, seng kurikulum ben kurikulum, pancen wes wayahe. Seng penting Sampeyan ngaji." (Tidak usah sombong, yang memakai sistem kurikulum biarkan saja dipakai, memang sudah waktunya. Yang penting Anda ngaji).
25. "Wong-wong sholeh walaupun faqir mereka tetep nyaman seperti Syaikh Abil Hasan asy-Syadzili."
26. "Apik-apike ke-futuh iku melek dalu karo moco kitab kerono Allah Ta'ala." (Terbukanya hati (futuh) itu paling baiknya terjaga di malam hari sambil baca kitab dengan ikhlas).
27. "Omah nek dinggoni sholat sunnah jembar rizqine." (Rumah jika dipakai untuk shalat sunnah maka rizkinya luas).
28. "Duwe anak iku apike jumlahe sedengan, yo ora akeh yo ora sitik. Mergo Kanjeng Nabi pernah ditakoi sahabat tentang urip susah. Nabi jawabe: كثرت العيال وقلة المال. (Punya anak sebaiknya berjumlah yang cukup/sedang, tidak banyak juga tidak sedikit. Karena Nabi pernah ditanya oleh sahabat tentang hidup susah, maka jawab Nabi Saw.: "Banyak anak sedikit rizki/harta.").

Senin, 20 Juni 2016

syaikhuna muhammad zaini abdul ghani



DOSA MEREMEHKAN SHOLAT !!!
Siksaan bagi Yang Meremehkan Sholat.
Fathimah a.s. bertanya pada Rasulallah saw; ‘Wahai ayahku! : Apa siksa bagi yang meremehkan sholat, baik ia lelaki maupun perempuan?? Beliau saw menjawab : “Wahai Fathimah, barangsiapa yang meremehkan sholatnya, lelaki maupun perempuan, maka ALLOH SWT akan memberinya petaka sebanyak 15 siksa. Enam di antaranya di dunia, tiga di saat kematiannya, tiga di dalam kuburnya, dan tiga pada hari kiamat di saat ia bangun dari kuburnya.
Enam hal yang menimpanya di dunia yaitu:
1. ALLOH akan mencabut berkah umurnya.
2. ALLOH akan mencabut berkah rezekinya.
3. ALLOH akan menghapus ciri orang saleh di mukanya.
4. Semua amal yang dilakukannya tidak diberi pahala.
5. Doanya tidak terangkat ke langit.
6. Tidak mendapat bagian di dalam doa orang-orang saleh.
Adapun 3 hal yang akan menimpanya menjelang kematian nya adalah:
1. Matinya dalam keadaan terhina.
2. Matinya dalam keadaan lapar.
3. Matinya kehausan. Yang sekiranya ia diberi minum satu sungai, hausnya tidak akan hilang.
Sedang 3 hal yang akan menimpanya di dalam kuburnya:
1. ALLOH menyerahkan pada malaikat yang menakutkan di dalam kuburannya.
2. Kuburnya menghimpitnya.
3. Kuburnya gelap-gulita.
Adapun 3 hal yang akan menimpanya pada hari kiamat, jika dia keluar dari kuburnya:
1. ALLOH menyerahkan kepada malaikat untuk menyeretnya (bagai binatang ternak) sedang para makhluk melihat nya.
2. Dihisab (diperhitungkan) secara ketat.
3. ALLOH tidak akan menoleh padanya dan tidak akan mensucikannya dan baginya azab yang pedih”.
(Dikutip dari Kitab Tafsir Al-Mu’in, hal. 576).
Mudah2an bermanfaat .....

menikmati hidup

Kamis, 16 Juni 2016

BERDZIKIR DAN BERMA'RIFAT

Imam Al Ghazaly
BERDZIKIR DAN BERMA'RIFAT
Sepanjang hati merasakan nikmatnya dzikir dan berpaling pad bentuk dzikir itu sendiri, maka hati telah terhalang dari Allah sw Apabila hati tidak ragu-ragu, jauh dari syirik samar (syirk khafy) sehingga la menjadi hamba yang tenggelam dalam kemahaEsaan Al Haq, maka la disebut hamba yang bertauhid.
Begitu pula tentang ma’rifat. Siapa yang mencari ma’rifat, dari ma’rifat itu sendiri, la seperti dzikir yang mengingat dzikirnya. Sedangkan oran yang memperoleh ma’rifat, justru seperti orang yang tidak mendapatkannya, tetapi yang didapati adalah Yang dima’rifati (Allah Swt). Dia telah menempatkan diri dalam wahana dari hakikat wishal dan berada pada nuansa qudus.

Rabu, 15 Juni 2016

puasa maha pemerintah

kesibukan orang

LINGKARAN KETIGA BOB SADINO

Timeline sedang ramai dengan kontroversi Rasia Warung Makan di bulan puasa. Saya pun saat awal nonton, langsung bereaksi spontan, yang tak sadar telah mendukung satu sisi pertentangan.
Yuk kita sama-sama belajar memahami kejadian ini dengan teori 3 Lingkaran yang dipopulerkan oleh Om Bob Sadino.
Teori ini pada dasarnya bukan murni buatan Om Bob. Saya pernah mengonfirmasi kepada Om Bob, bahwa teori ini diperkenalkan oleh Gede Prama, dan Om Bob mengakuinya. Hanya saja penjelasan versi Om Bob, bagi saya lebih mengena.
Lingkaran Pertama: LOGIKA - Hitam Putih
Saat saya ‘merasa’ bahwa rasia itu tidak perlu dilakukan dan mendzolimi kaum lemah dengan merampas makanan Bu Saenah, maka saya ‘merasa’ bahwa saya BENAR, sedangkan kubu pemerintah (pembuat perda) adalah SALAH.
Lingkaran Kedua: BIJAK - Putih Putih
Setelah mencari pendapat dari beberapa sumber, terutama yang membela pihak pemerintah, saya ‘belajar’ memahami kedua sisi. Ternyata dari kedua sisi memiliki alibi bahwa mereka BENAR. Hal itu berdampak dengan berkurangnya ‘kebencian’ saya terhadap pihak lawan.
Dari situlah saya bisa memahami bahwa, “Benar itu menurut siapa, versi mana?”.
Lingkaran Ketiga: IMAN - Zero
Kemudian saya berusaha menarik diri, ‘tidak menilai’, memaknai setiap proses kejadian, dari awal hingga akhir. Apa yang saya dapat?
Ternyata kejadian ini bagus untuk semuanya.
• Satpol PP merasia, karena mereka menjalankan perintah atasan.
• Atasan, sebagai pejabat pemerintah daerah membuat peraturan • itu untuk menciptakan iklim yang kondusif dan menjaga kekhusukan ibadah selama Ramadhan.
• Bu Saenah yang buta huruf, tak dapat membaca dan otomatis tak memahami adanya aturan itu.
• Terjadilah rasia, diliput media.
• Seolah tak adil bagi Bu Saenah saat itu, apalagi lauk pauknya dibungkus dan ‘disita’ oleh petugas.
• Netizen ‘iba’ dan melakukan penggalangan dana. Kemanusiaan kita diasah.
• Bu Saenah, yang sudah berusia 53 tahun, mendapatkan ‘pesangon’ untuk beliau istirahat sejenak dari kerja kerasnya sehari-hari.
• Sosialisasi perda menjadi lebih baik, karena dibantu media sosial yang viral.
• Masyarakat, khususnya saya, mendapat pencerahan dan ilmu baru.
Bukankah kejadian ini bagus? Itulah yang Om Bob sebut dengan lingkaran ketiga, “Mengimani setiap kejadian sebagai kebaikan”.
Artikel ini bukan untuk berdebat, karena sudah lewat dan saya tak akan melayani perdebatan.
Sebagai penutup, saya kutipkan quote dari Gede Prama:
Jika seseorang menyalahkan orang lain, ia perlu belajar.
Jika seseorang menyalahkan diri sendiri, ia mulai belajar.
Jika seseorang berhenti menyalahkan, pembelajaran usai.
Selamat menikmati Training Akbar Ramadhan. Yuk bersihkan hati dan pikiran, kembali pada fitrahnya.. ‪#‎Zero‬

Jumat, 03 Juni 2016

nafsu (pilihan)


Kamis, 02 Juni 2016

Terkuaknya Kewalian Wali Samud Semarang Oleh Mbah Hamid Pasuruan



Pada suatu waktu, ada tamu dari Kendal sowan kepada Mbah Hamid, singkat cerita, Mbah Hamid menitipkan salam untuk Wali Samud yang kesehariannya berada di Pasar, menitipkan salam untuk seorang yang dianggap gila oleh masyarakat Kendal dan Semarang.
Wali Samud kesehariannya berada di sekitar pasar dengan pakaian dan tingkah laku persis seperti orang gila, namun tidak pernah mengganggu orang-orang di sekitarnya. Terkadang beliau membantu bongkar muat barang-barang di Pasar dan tidak mau di kasih upah.
Tamu tersebut bingung kenapa Mbah Hamid sampai menitip salam untuk Samud yang dianggap gila oleh dirinya dan orang-orang di daerahnya.
Tamu tersebut bertanya,
“Bukankah Samud tersebut adalah orang gila Kyai..?” kemudian Mbah Hamid menjawab, “Beliau adalah Wali Besar yang menjaga Kendal dan Semarang, Rahmat Allah turun, Bencana di tangkis, itu berkat beliau, sampaikan salamku!” Kemudian, setelah si tamu pulang ke Kendal, menunggu keadaan pasar sepi, dihampirinyalah Wali Samud yang dianggap “orang gila” itu, yang ternyata Shohibul Wilayah Kendal dan Semarang itu.
“Assalamu’alaikum…” sapa si tamu,
Wali Samud memandang dengan tampang menakutkan layaknya orang gila sungguhan, kemudian keluarlah seuntai kata dari bibirnya dengan nada sangar,
“Wa’alaikumussalam.. ada apa..!!!”
Dengan badan agak gemetar, si tamu memberanikan diri,
Berkatalah ia, “Panjenengan dapat salam dari Mbah Hamid Pasuruan, Assalamu’alaikum……”
Tak beberapa lama, Wali Samud berkata,
“Wa’alaikum salam” dan berteriak dengan nada keras,
“Kurang ajar si Hamid, aku berusaha bersembunyi dari manusia, agar tidak diketahui manusia, kok malah dibocor-bocorkan”
“Ya Allah, aku tidak sanggup, kini telah ada yang tahu siapa aku, aku mau pulang saja, gak sanggup aku hidup di dunia”
Kemudian Wali Samud membaca sebuah do’a, dan bibirnya mengucap, “LAA ILAAHA ILLALLAH… MUHAMMADUR RASULULLAH”
Seketika itu, langsung wafatlah Wali Samud di hadapan orang yang diutus Mbah Hamid agar menyampaikan salam, hanya si tamulah yang meyakini bahwa orang yang di cap sebagai orang gila oleh masyarakat Kendal dan Semarang itu adalah Wali Besar, tak satu pun masyarakat yang meyakini bahwa orang yang meninggal di Pasar adalah seorang Wali,
Malah si tamu juga dicap sebagai orang gila oleh orang-orang karena meyakini Samud sebagai Wali. Di Antara Keanehan Pada Diri Wali Samud
Menurut cerita tutur, Wali Samud biasa membawa-bawa (red. b. jawa: nenteng-nenteng) daun kurma yang masih basah dan dijadikan alas duduk/tidur di Pasar.
Setiap hari Jum’at beliau jarang terlihat di Pasar, padahal setiap harinya beliau ada di Pasar itu. Dan terkadang beliau jalan-jalan di Pasar memakai peci putih layaknya sudah menunaikan haji, padahal tingkah laku dan pakaian beliau persis seperti orang gila.
Subhanallah.. begitulah para Wali-Walinya Allah,
Saking inginnya berasyik-asyikan hanya dengan Allah sampai berusaha bersembunyi dari keduniawian, tak ingin ibadahnya di ganggu oleh orang-orang ahli dunia,
Bersembunyinya mereka memakai cara mereka masing-masing, Oleh karena itu, janganlah kita su’udzan terhadap orang-orang di sekitar kita, jangan-jangan dia adalah seorang Wali yang “bersembunyi”.
Cerita Mbah Hamid yang saya coba tulis hanyalah sedikit dari kisah perjalanan Beliau, semoga kita, keluarga kita, tetangga kita dan orang-orang yang kita kenal senantiasa mendapat keberkahan sebab rasa cinta kita kepada wali-walinya Allah.
Jadi ingat nasihat Maha Guru kami, Al Quthb Habib Abdulqadir bin ahmad Bilfaqih.
“Jadikanlah dirimu mendapat tempat di hati seorang Auliya”
Semoga nama kita tertanam di hati para kekasih Allah, sehingga kita selalu mendapat nadhroh dari guru-guru kita, dibimbing ruh kita sampai terakhir kita menghirup udara dunia ini. Amin Ya Rabbal ‘Alamin…….. !!!!
Saifurroyya
Sumber : Syaikhuna wa Murobbi Arwachina KH. Achmad Sa’idi bin KH. Sa’id
(Pengasuh Ponpes Attauhidiyyah Talang, Tegal) dan Dari Cerita Ulama dan Masyarakat Semarang, Kendal dan sekitarnya