Jumat, 22 Juli 2016
Rabu, 20 Juli 2016
Jumat, 15 Juli 2016
Syekh Abdus Salam al-Masyasyi
00.58
No comments
Syeikh Ibnu Masyisy Abdussalam bin Masyisy bin Malik bin Ali bin Harmalah bin Salam bin Mizwar bin Haidarah bin Muhammad bin Idris al-Akbar bin Abdullah al-Kamil bin al-Hasan al-Mutsanna bin al-Hasan as-Sabth bin Ali bin Abi Thalib suami Fatimah az-Zahra putri Rasulullah saw. Syeikh Ibnu Masyisy lahir pada tahun 559 H bertepatan dengan 1198 M.
Kehidupan Intelektual Ibnu Masyisy.
Ibnu Masyisy belajar membaca, menulis dan menghafal al-Qur’an di Kuttab (tempat yang digunakan untuk mengajarkan anak-anak kecil membaca, menulis dan menghafal al-Qur’an) dan dia telah hafal al-Qur’an sejak berumur kurang dari 12 tahun kemudian pergi menuntut ilmu. Ibnu Masyisy bekerja di lahan pertanian seperti penduduk kampung lainnya dan tidak bergantung kepada orang lain dalam mengatur urusan kehidupannya. Dia menikahi anak perempuan pamannya (pamannya bernama Yunus), dari pernikahannya ini dikarunia empat orang anak laki-laki: Muhammad, Ahmad, Ali, Abdus Shamad dan satu orang anak perempuan: Fatimah.
Ibnu Masyisy belajar membaca, menulis dan menghafal al-Qur’an di Kuttab (tempat yang digunakan untuk mengajarkan anak-anak kecil membaca, menulis dan menghafal al-Qur’an) dan dia telah hafal al-Qur’an sejak berumur kurang dari 12 tahun kemudian pergi menuntut ilmu. Ibnu Masyisy bekerja di lahan pertanian seperti penduduk kampung lainnya dan tidak bergantung kepada orang lain dalam mengatur urusan kehidupannya. Dia menikahi anak perempuan pamannya (pamannya bernama Yunus), dari pernikahannya ini dikarunia empat orang anak laki-laki: Muhammad, Ahmad, Ali, Abdus Shamad dan satu orang anak perempuan: Fatimah.
Syeikh Ibnu Masyisy mumpuni dalam bidang ilmu juga memiliki kezuhudan yang tinggi, Allah swt menyatukan dalam dirinya dua kemulian, dunia dan Agama, serta menjaga keutamaan keyakinan yang haqiqi. Dan Ibnu Masyisy mendapatkan keberhasilan atas kesungguhan kemauan dan cita-citanya, seorang yang tidak pernah menyimpang dari jalan syari’at sehelai rambut pun, berpegang teguh pada Agama dan menyampaikan keutamaan-keutamaannya
Guru-gurunya
Syeikh Ibnu Masyisy memiliki kesungguhan dan kemauan yang keras dalam menuntut ilmu serta menjaga awrad (baca’an-bacaan zikir dan do’a) sehingga dia sampai kepada jalan menuju makrifah kepada Allah swt, maka Ibnu Masyisy mumpuni dalam bidang ilmu juga mendapatkan puncak kezuhudan. Di antara guru-gurunya dalam bidang ilmu pengetahuan adalah Syeikh Ahmad yang di juluki (aqtharaan), dimakamkan di daerah Abraj dekat pintu Tazah. Di antara para gurunya dalam bidang tasawwuf (at-tarbiyah wa as-suluuk) Syeikh Abdurrahman bin Hasan al-’Aththar yang terkenal dengan az-Ziyyaat, dari beliau Ibnu Masyisy belajar tentang ilmu mua’amalah dengan masyarakat yang sumbernya berakhlak sesuai dengan akhlak Rasulullah saw, sehingga dari ilmu tersebut Ibnu Masyisy mendapatkan yang lebih banyak.
Peninggalan-peninggalan Syeikh Abdussalam bin Masyisy.
Barangkali, penyebab tidak terlalu banyak warisan peningalan Abdussalam bin Masyisy, meskipun kedududakannya tinggi yang nampak pada muridnya Abu al-Hasan as-Syaziliy, adalah sangat ketertutupan beliau dan tidak ingin di kenal oleh manusia, di antara do’anya “Ya Allah aku mohon kepada-Mu agar makhluk berpaling dariku sehingga tidak ada tempat kembali bagiku selain kepada-Mu“. Allah swt mengabulkan permohonan Syeikh Ibnu Masyisy tersebut dan karena sangat ketertutupannya itu sampai tidak ada yang mengenal beliau kecuali Syeikh Abu al-Hasan as-Syaziliy yang sebuah thariqah dinisbahkan kepadanya. Adapun beberapa peninggalan ilmiyah Syeikh Ibnu Masyisy yang sampai kepada kita melalui muridnya Syeikh Abu al-Hasan as-Syaziliy adalah sekumpulan nasehat yang mengagumkan dengan ungkapan yang bersih, jernih selaras dengan al-Qur’an dan as-Sunnah, di antaranya adalah:
“Syeikh Abu al-Hasan as-Syaziliy berkata: “Guruku mewasiatkan kepadaku dan dia berkata: ” Jangan kamu langkahkan kedua kakimu kecuali kamu hanya mengharap balasan dari Allah swt, janganlah kamu duduk kecuali kamu merasa aman dari maksiat kepada Allah swt dan jangan kamu berteman kecuali dia dapat menolongmu untuk ta’at kepada Allah swt“.
Dan Ibnu Masyisy berkata secara langsung kepada Abu al-Hasan as-Syaziliy: Senantiasalah kamu suci dari rasa ragu dan dari kotoran dunia, ketika kamu dalam keadaan kotor maka bersucilah, ketika kamu mulai cenderung kepada syahwat dunia maka perbaikilah dengan bertaubat, jangan sampai kamu dirusak dan ditipu hawa nafsu, maka dari itu senantiasalah kamu merasa dekat kepada Allah dengan penuh ketundukan dan ketulusan hati.
Salah satu teks penting yang sampai kepada kita dari Syeikh Abdussalam bin Masyisy adalah teks “shalawat Masyisyiah”, yaitu sebuah teks shalawat yang unik jika kata-katanya itu berbaur atau di ucapkan oleh ruh maka akan membuat pemilik ruh tersebut terasa melayang di udara dari keluhuran dan keindahan alam malakut. Dan teks tersebut merupakan titik perhatian para penyarah.
Adapun teks do’a shalawat Masyisyiyah dari Syech Abdus Salam ibnu Masyisy tersebut adalah :
Allahumma shalli ‘alaa man minhun syaqqatil asraar
Wan falaqatil anwaar
wa fiihir taqatil haqaaiq
Wan falaqatil anwaar
wa fiihir taqatil haqaaiq
Wa tanazallat ‘uluumu sayyidinaa aadama ‘alayhis salaamu fa a’jazal khalaaiq
Wa lahu tadhaa alatil fuhuumu falam yudrik-hu minnaa saabiqu wa laa laahiq
Wa lahu tadhaa alatil fuhuumu falam yudrik-hu minnaa saabiqu wa laa laahiq
Fari yaa dhul malakuuti bizahri jamaalihi muuniqah
wa hiyaadhul jabaruuti bifaydhi anwaarihi mutadafiqah
wa hiyaadhul jabaruuti bifaydhi anwaarihi mutadafiqah
Wa laa syay-a illa wa huwa bihi manuuth
Idz lawla waa sithatu ladza haba kamaa qiilal mawsuuth
Idz lawla waa sithatu ladza haba kamaa qiilal mawsuuth
Shalaatan taliiqu bika minka ilayhi kamaa huwa ahluh
Allahumma inaahu sirrukal jaami’ud dallu ‘alayk
Wa hijaabuka a’zhamu’l qaa-imulaka bayna yadayk
Allahumma inaahu sirrukal jaami’ud dallu ‘alayk
Wa hijaabuka a’zhamu’l qaa-imulaka bayna yadayk
Allahumma alhiqnii binasabih
wa haqqiqnii bi hasabih
Wa ‘arrifnii iyyahu ma’rifatan aslamu bihaa min mawaaridil jahl
wa haqqiqnii bi hasabih
Wa ‘arrifnii iyyahu ma’rifatan aslamu bihaa min mawaaridil jahl
Wa akra’u bihaa min mawaaridil fadhl
Wahmilnii ‘alaa sabiilihi ilaa hadhratik
Hamlan mahfuufan binushratika
waqdzif bii ‘alal baathili fa-admighah
wa zujjabii fii bihaari’ ahadiyyah
Wahmilnii ‘alaa sabiilihi ilaa hadhratik
Hamlan mahfuufan binushratika
waqdzif bii ‘alal baathili fa-admighah
wa zujjabii fii bihaari’ ahadiyyah
wansyulnii min awhaalit-tawhiid
wa aghriqnii fii ‘ayni bahril wahdah
hatta laa araa wa laa asma’a wa laa ajida wa laa uhissa ilaa bihaa
wa aghriqnii fii ‘ayni bahril wahdah
hatta laa araa wa laa asma’a wa laa ajida wa laa uhissa ilaa bihaa
waj’allahummal hijaaba a’zhama hayaata ruuhii
wa ruuhahu sirra haqiiqatii
wa haqiiqatahu jaami’a ‘awaalimi bitahqiiqil haqqi awwal
yaa awwalu yaa aakhiru yaa zhaahiru yaa baathin
wa ruuhahu sirra haqiiqatii
wa haqiiqatahu jaami’a ‘awaalimi bitahqiiqil haqqi awwal
yaa awwalu yaa aakhiru yaa zhaahiru yaa baathin
isma’ nida-ii bimaa sami’ta bihi nidaa-a ‘abdika sayyidinaa Zakariyya ‘alayhis salaam
wan shurnii bika laka
wa ayyidnii bika laka
wajma’ baynii wa baynaka
wa hul bayni wabayna ghayrika
Allah Allah Allah
wa ayyidnii bika laka
wajma’ baynii wa baynaka
wa hul bayni wabayna ghayrika
Allah Allah Allah
Innal-ladzii faradha ‘alaykal qur’aan laradduka ilaa ma’aad
Rabbanaa aatinaa min ladunka rahmah
Wa hayyi’lanaa min amrinaa rasyadaa (3 kali)
Rabbanaa aatinaa min ladunka rahmah
Wa hayyi’lanaa min amrinaa rasyadaa (3 kali)
Innallaaha wa malaaikatahu yushalluna ‘alan-nabiyy
Yaa ayyuhal ladziina amanuu shallu ‘alayhi wa sallimuu tasliima
Yaa ayyuhal ladziina amanuu shallu ‘alayhi wa sallimuu tasliima
Wa shallallaahu ‘alaa sayyidinaa muhammadin wa ‘alaa aalihi wa shahbihi wa sallam
Subhaana rabbika rabbil ‘izzati ‘ammaa yashifuun wa salaamu ‘alal mursaliin wal hamdulillaahi rabbil ‘aalamiin
Wafatnya
Barangkali sebab Ibnu Masyisy keluar dari khalwahnya menentang Ibnu Abi ath-Thawaajin al-Kattamiy yang mengaku nabi, beliau telah mempengaruhi sebagian orang pada masa nya, dan melakukan perlawanan atas dia dan para pengikutnya dengan logika dan dalil-dalil syar’i baik ucapan dan perbuatan dengan serangan atau perlawanan yang keras, mereka memotivasi untuk melakukan tipu daya dan persekutuan untuk membunuhnya, maka ia mengutus sebuah kelompok kepada Syeikh itu untuk menjebak beliau sehingga beliau turun dari kholwahnya untuk berwudhu dan shalat subuh dan disanalah mereka membunuhnya pada tahun 622 H, semoga Allah merahmati dengan rahmat yang luas, dan mengumpulkan kami bersama dengan beliau ditempat yang di senangi disisi tuhan yang berkuasa. Washallallahu ala Sayyidina Muhammad wa ala alihi wasahbihi wa sallam taslimaa.
Kamis, 14 Juli 2016
Memahami Pentingnya Mursyid dalam Tarekat II
20.13
No comments
Jalan ma’rifat itu tidak bisa begitu saja ditempuh dengan mengandalkan pengetahuan akal rasional, kecuali hanya akan meraih Ilmul Yaqin belaka, belum sampai pada tahap Haqqul Yaqin. Alhasil mereka yang merasa sudah sampai kepada Allah (wushul) tanpa bimbingan seorang Mursyid, wushul-nya bisa dikategorikan sebagai wushul yang penuh dengan tipudaya. Sebab, dalam alam metafisika sufisme, mereka yang menempuh jalan sufi tanpa bimbingan ruhani seorang Mursyid, tidak akan mampu membedakan mana hawathif-hawathif (bisikan-bisikan lembut) yang datang dari Allah, dari malaikat atau dari syetan dan bahkan dari jin. Di sinilah jebakan-jebakan dan tipudaya penempuh jalan sufi muncul. Oleh sebab itu ada kalam sufi yang sangat terkenal:
“Barangsiapa menempuh jalan Allah tanpa disertai seorang guru, maka gurunya adalah syetan”.
Oleh sebab itu, seorang ulama sendiri, tetap membutuhkan seorang pembimbing ruhani, walaupun secara lahiriah pengetahuan yang dimiliki oleh sang ulama tadi lebih tinggi dibanding sang Mursyid. Tetapi, tentu saja, dalam soal-soal Ketuhanan, soal-soal bathiniyah, sang ulama tentu tidak menguasainya.
Sebagaimana ayat al-Qur’an di atas, seorang Syekh atau Mursyid Sufi, mesti memiliki prasyarat yang tidak ringan. Dari konteks ayat di atas menunjukkan bahwa kebutuhan akan bimbingan ruhani bagi mereka yang menempuh jalan sufi, seorang pembimbing ruhani mesti memiliki predikat seorang yang wali, dan seorang yang Mursyid. Dengan kata lain, seorang Mursyid yang bisa diandalkan adalah seorang Mursyid yang Kamil Mukammil, yaitu seorang yang telah mencapai keparipurnaan ma’rifatullah sebagai Insan yang Kamil, sekaligus bisa memberikan bimbingan jalan keparipurnaan bagi para pengikut thariqatnya.
Tentu saja, untuk mencari model manusia paripurna setelah wafatnya Rasulullah saw. terutama hari ini, sangatlah sulit. Sebab ukuran-ukuran atau standarnya bukan lagi dengan menggunakan standar rasional-intelektual, atau standar-standar empirisme, seperti kemasyhuran, kehebatan-kehebatan atau pengetahuan-pengetahuan ensiklopedis misalnya. Bukan demikian. Tetapi, adalah penguasaan wilayah spiritual yang sangat luhur, dimana, logika-logikanya, hanya bisa dicapai dengan mukasyafah kalbu atau akal hati.
Karenanya, pada zaman ini, tidak jarang Mursyid Tarekat yang bermunculan, dengan mudah untuk menarik simpati massa, tetapi hakikatnya tidak memiliki standar sebagai seorang Mursyid yang wali sebagaimana di atas. Sehingga saat ini banyak Mursyid yang tidak memiliki derajat kewalian, lalu menyebarkan ajaran tarekatnya. Dalam banyak hal, akhirnya, proses tarekatnya banyak mengalami kendala yang luar biasa, dan akhirnya banyak yang berhenti di tengah jalan persimpangan.
Memahami Pentingnya Mursyid dalam Tarekat I
20.12
No comments
Allah Swt. Berfirman: “Barangsiapa mendapatkan kesesatan, maka ia tidak akan menemukan (dalam hidupnya) seorang wali yang mursyid” (Qs. Al-Kahfi: 17).
Dalam tradisi tasawuf, peran seorang Mursyid (pembimbing atau guru ruhani) merupakan syarat mutlak untuk mencapai tahapan-tahapan puncak spiritual. Eksistensi dan fungsi Mursyid atau wilayah kemursyidan ini ditolak oleh sebagaian ulama yang anti tasawuf atau mereka yang memahami tasawuf dengan cara-cara individual. Mereka merasa mampu menembus jalan ruhani yang penuh dengan rahasia menurut metode dan cara mereka sendiri, bahkan dengan mengandalkan pengetahuan yang selama ini mereka dapatkan dari ajaran Al-Qur’an dan Sunnah. Namun karena pemahaman terhadap kedua sumber ajaran tersebut terbatas, mereka mengklaim bahwa dunia tasawuf bisa ditempuh tanpa bimbingan seorang Mursyid.
Pandangan demikian hanya layak secara teoritis belaka. Tetapi dalam praktek sufisme, hampir bisa dipastikan, bahwa mereka hanya meraih kegagalan spiritual. Bukti-bukti historis akan kegagalan spoiritual tersebut telah dibuktikan oleh para ulama sendiri yang mencoba menempuh jalan sufi tanpa menggunakan bimbingan Mursyid. Para ulama besar sufi, yang semula menolak tasawuf, seperti Ibnu Athaillah as-Sakandari, Sulthanul Ulama Izzuddin Ibnu Abdis Salam, Syeikh Abdul Wahab asy-Sya’rani, dan Hujjatul Islam Abu Hamid Al-Ghazali akhirnya harus menyerah pada pengembaraannya sendiri, bahwa dalam proses menuju kepada Allah tetap membutuhkan seorang Mursyid.
Masing-masing ulama besar tersebut memberikan kesaksian, bahwa seorang dengan kehebatan ilmu agamanya, tidak akan mampu menempuh jalan sufi, kecuali atas bimbingan seorang Syekh atau Mursyid. Sebab dunia pengetahuan agama, seluas apa pun, hanyalah “dunia ilmu”, yang hakikatnya lahir dari amaliah. Sementara, yang diserap dari ilmu adalah produk dari amaliah ulama yang telah dibukakan jalan ma’rifat itu sendiri.
Selasa, 12 Juli 2016
HUKUM MEMBATALKAN PUASA SUNNAH (Buya Yahya Menjawab)
23.28
No comments
Assalamu’alaikum Wr Wb.
Bagaimana hukumnya membatalkan puasa sunnah karena menghadiri walimah atau karena hal lainnya ?
Jawaban :
Wa’alaikumsalam Wr Wb.
Puasa sunnah dalam madzhab Imam Syafi’i boleh dibatalkan di pertengahan. Adapun masalah keutamaannya adalah tetap diteruskan kecuali jika di dalam membatalkan adalah suatu hal yang amat perlu, seperti di saat menghadiri walimah yang hukumnya wajib atau menjaga hati orang yang ingin menghormati kita sebagai tamu, yang dikhawatirkan jika kita menolak akan menjadikan hubungan persaudaraanya akan berubah. Andapun lebih baik berbuka jika Anda anggap hal itu perlu untuk menjaga hati orang yang mengajak Anda berbuka. Wallahu a’lam bishshowab
Wa’alaikumsalam Wr Wb.
Puasa sunnah dalam madzhab Imam Syafi’i boleh dibatalkan di pertengahan. Adapun masalah keutamaannya adalah tetap diteruskan kecuali jika di dalam membatalkan adalah suatu hal yang amat perlu, seperti di saat menghadiri walimah yang hukumnya wajib atau menjaga hati orang yang ingin menghormati kita sebagai tamu, yang dikhawatirkan jika kita menolak akan menjadikan hubungan persaudaraanya akan berubah. Andapun lebih baik berbuka jika Anda anggap hal itu perlu untuk menjaga hati orang yang mengajak Anda berbuka. Wallahu a’lam bishshowab
QODHO PUASA & SHALAT (Buya Yahya Menjawab)
23.28
No comments
Assalamu ‘Alaikum WR. WB.
Apakah harus diqodho’, kalau dulu kita sering meninggalkan Shalat dan puasa?
Jawaban :
Wa’alaikum Salam WR. WB.
Jika kita bisa mengingat bahwa kita pernah meninggalkan puasa atau Shalat di saat kita sudah baligh maka semua yang pernah kita tinggalkan harus diqhodho’. Dan jika waktu kita meninggalkan puasa atau Shalat tersebut karena udzur (ada alasan yang dibenarkan oleh agama seperti meninggalkan puasa karena sakit dan meninggalkan Shalat karena tertidur) maka kita wajib mengqodho’, hanya waktunya tidak harus dibayar kontan atau sekaligus akan tetapi kalau kita meninggalkan Shalat karena teledor maka semestinya wajib kita mengqodho’nya dengan segera tanpa menunda-nunda dan harus diqodho’ sekaligus. Akan tetapi kekuatan orang berbeda-beda ada yang merasa keberatan mengqodho karena banyaknya Shalat atau puasa yang di tinggal, maka bayarlah hutang-hutang tersebut dengan semampunya biarpun tidak harus dengan segera. Dan perbanyaklah minta ampun kepada Allah.
Wa’alaikum Salam WR. WB.
Jika kita bisa mengingat bahwa kita pernah meninggalkan puasa atau Shalat di saat kita sudah baligh maka semua yang pernah kita tinggalkan harus diqhodho’. Dan jika waktu kita meninggalkan puasa atau Shalat tersebut karena udzur (ada alasan yang dibenarkan oleh agama seperti meninggalkan puasa karena sakit dan meninggalkan Shalat karena tertidur) maka kita wajib mengqodho’, hanya waktunya tidak harus dibayar kontan atau sekaligus akan tetapi kalau kita meninggalkan Shalat karena teledor maka semestinya wajib kita mengqodho’nya dengan segera tanpa menunda-nunda dan harus diqodho’ sekaligus. Akan tetapi kekuatan orang berbeda-beda ada yang merasa keberatan mengqodho karena banyaknya Shalat atau puasa yang di tinggal, maka bayarlah hutang-hutang tersebut dengan semampunya biarpun tidak harus dengan segera. Dan perbanyaklah minta ampun kepada Allah.
Wallahu a’lam bishowab
01.00
No comments
WALI PAIDI bag 8 ( delapan )
Wali paidi tidak berani mencoba ilmu melipat bumi yg dimilikinya, karena wali paidi takut kesasar-kesasar seperti waktu itu.
Wali paidi berjalan sambil mengenang kembali pertemuannya dg para wali juga baginda Nabi barusan, walau paidi tidak dapat begitu jelas melihat wajah Rosulullah krn sangat terangnya nur cahaya tg terpancar dari tubuh Rosulullah, wali paidi masih ingat perkataan Rosulullah ketika acara bersalam-salaman tadi, bahwa bala'' atau adzab Allah akan diturun, para wali disuruh oleh baginda Nabi untuk bersiap-siap menerimanya sesuai dg tingkatannya.....
Wali paidi berjalan sambil mengenang kembali pertemuannya dg para wali juga baginda Nabi barusan, walau paidi tidak dapat begitu jelas melihat wajah Rosulullah krn sangat terangnya nur cahaya tg terpancar dari tubuh Rosulullah, wali paidi masih ingat perkataan Rosulullah ketika acara bersalam-salaman tadi, bahwa bala'' atau adzab Allah akan diturun, para wali disuruh oleh baginda Nabi untuk bersiap-siap menerimanya sesuai dg tingkatannya.....
Ketika bala'atau adzab turun yg menanggung pertama kali adalah para wali2 Allah sesuai dg tingkatannya, semakin tinggi derajadnya semakin besar pula adzab yg ditanggungnya, para wali ini melakukan hal tersebut supaya ketika adzab itu sampai kepada umat manusia lainnya tinggal sedikit dan ringan...masya Allah betapa besar rasa cinta mereka kepada kita semua. kadang bala'atau adzab Allah itu tidak sampai meimpa umat manusia karena sudah habis ditanggung para wali. kalau bala'atau adzab Allah itu begitu besar dan luas maka adzab itu baru menimpa manusia, dan bala'atau adzab yg paling ringan yg diterima oleh umat manusi adalah:
"ndas ngelu gak ngerti sebabe"
kepala pusing tidak tahu penyebabnya disertai dg perasaan sedih dan galau yg tidak tahu penyebabnya juga...
Tanpa terasa wali paidi sudah sampai dijalan raya dan dilihatnya ada sebuah truck yg melintas, wali paidi menyetop dan minta tunutan.....
Setelah dari pertemuan di gunung pring magelang jawa tengah, wali paidi jatuh sakit, karena perjalanan yg ditempuh wali paidi tidak semestinya, wali paidi pindah dari truck satu ke truck lainnya, kadang kehujanan kadang kepanasan, dan tubuh wali paidi tidak kuat menerima semua itu dan jatuh sakit.
Wali paidi terbaring tak berdaya dipembaringan, badannya panas, matanya terlihat semakin cekung karena kurang tidur, tapi senyumnya masih tetap sama, cerah dan menyenangkan seperti orang tidak sakit. para tetangga satu persatu menjenguk wali paidi, ada yg membawa buah2an dan ada yg memberi uang, sebagian para tetangga berinisiatif mengantarkan wali paidi untuk berobat di rumah sakit terdekat , tapi wali paidi menolaknya
Wali paidi terbaring tak berdaya dipembaringan, badannya panas, matanya terlihat semakin cekung karena kurang tidur, tapi senyumnya masih tetap sama, cerah dan menyenangkan seperti orang tidak sakit. para tetangga satu persatu menjenguk wali paidi, ada yg membawa buah2an dan ada yg memberi uang, sebagian para tetangga berinisiatif mengantarkan wali paidi untuk berobat di rumah sakit terdekat , tapi wali paidi menolaknya
“terima kasih, biarlah , dua atau tiga hari akan sembuh sendiri “ jawab wali paidi
Para tetangga sangat sayang kepada wali paidi ini, bukan karena wali paidi ini wali ( karena para tetangga tidak tahu kalau paidi ini seorang wali ) dan bukan juga karena wali paidi ini orang kaya.
tapi karena wali paidi ini orang yg dermawan, suka menolong dan sopan terhadap yg tua dan sayang terhadap yg muda
tapi karena wali paidi ini orang yg dermawan, suka menolong dan sopan terhadap yg tua dan sayang terhadap yg muda
Ketika memasuki hari ketiga , tubuh wali paidi demam tinggi. sehabis sholat isya yg dilakukan dg terbaring, tubuh wali paidi tdk kuat menahan, dan wali paidi tidak sadar ( pingsan ) , dia baru tersadar ketika merasakan ada orang yg menyeka tubuhnya dg handuk dingin, orang ini sangat ganteng dan bersih, seorang pemuda yg sangat tampan
“ siapakah anda “ tanya wali paidi
“ saya adalah amalan sholawat yg biasa sampeyan baca, saya akan menjaga sampeyan sampai sembuh “ ucap pemuda ini
Wali paidi kaget juga mendengar penuturan pemuda ini,
“ apakah aku sudah mati “ tanya wali paidi
Dg tersenyum pemuda ini menjawab
“ belum “
“ belum “
Wali paidi tertegun dan terdiam. tidak lama kemudian ada yg mengetuk pintu kamar wali paidi
“ assalamu’alaikum...” ucap tamu tsb
“ wa alaikum salam ..” jawab wali paidi dan pemuda ini berbarengan
Pemuda ini membungkukkan badannya dan berbisik kepada wali paidi
Pemuda ini membungkukkan badannya dan berbisik kepada wali paidi
“ kang, tamu yg datang ini adalah malaikat “ bisik pemuda
“ apakah malaikat izrail “ tanya wali paidi
“ hehehe, bukan tapi malaikat rohmat “ jawab pemuda
“ kalau begitu bukakan pintu kamarnya mad, gak pa2 kan kalau km aku panggil somad “ ujar wali paidi
“ iya gak pa2 kang “ jawab somad dg membuka pintu kamar
Tampaklah yg masuk seorang pemuda yg juga tampan dg membawa baskom
“ siapakah anda “ tanya wali paidi
“ saya malaikat rohmat “ jawabnya
“ kopikah yg kau bawa dibaskom itu ??“ tanya wali paidi
“ hahaha...kang..kang “ somad tertawa mendengar pertanyaan wali paidi
Malaikat rohmat lalu meletakkan baskom di meja sebelah tempat tidur wali paidi lalu menjawab
“ bukan kang, tapi air dari telaga kausar guna diminum dan buat wudlu”
Lalu malaikat yg berwujud pemuda tampan ini pamit, dan sekitar 5 menit kemudian datang tamu lagi, ternyata baginda nabi muhammad yg datang. kamar wali paidi langsung harum semerbak, wali paidi berusaha bangkit, tapi nabi menyuruhnya tetap berbaring
“ ali firdaus, bergembiralah...karena derajadmu sudah dinaikkan oleh Allah “ ucap nabi kepada wali paidi
Nama wali paidi ini memang sebenarnya ali firdaus, tapi nabi khidir memanggilnya dg sebutan paidi , nama yg berasal dari kata faedah. nabi khidir berharap wali paidi ini menjadi orang yg berfaedah, karena sebaik2 manusia adalah orang yg bermanfaat buat sesamanya dan itu akhirnya terbukti.
Wali paidi mendengar perkataan nabi ini hanya bisa menangis, tidak bisa berkata kata, dia hanya bisa menangis dan menangis lagi.
Setelah nabi keluar, datanglah nabi Khidir, beliau nabi Khidir banyak menurunkan ilmu2 hikmah yg luar biasa kepada wali paidi, walaupun pertemuan wali paidi dg nabi Khidir ini begitu singkat tapi ilmu yg didapat wali paidi sama dg ilmu orang yg belajar selama 100 tahun.
Berikutnya datang silih berganti wali2 yg dikenal wali paidi, dan menjelang shubuh datanglah mas kiai mursyid guru dari wali paidi. ketika mas kiai mursyid datang, tubuh wali paidi sudah segar dan sehat, mas kiai mursyid datang dg membawa kopi dan rokok. setelah sholat shubuh berjamaah dg mas kiai mursyid , mereka melanjutkan dg acara ngopi dan ngerokok bareng. wali paidi sekali lagi dapat wejangan2 dari mas kiai mursyid, mas kiai mursyid sedikit membuka rahasia arsy, membuka jalan yg akan dihadapi wali paidi kelak. dan setelah sholat dhuha mas kiai mursyid pulang.
Memang para wali2 Allah itu ketika sakit banyak mendapatkan ilmu2 hikmah yg luar biasa, kita melihat mereka dg pandangan kasihan karena sakit yg di deritanya, tapi dibalik itu semua para wali2 Allah sangat berbahagia ketika dirinya sakit.
Bersambung.....
ALLOHUMMA SHOLLI WASALLIM WABARIK 'ALA SAYYIDINAA MUHAMMAD
Kafir dan Antek Yahudi - cak nun
00.53
No comments
“ Wis anggaplah aku ini kafir fir...
terus opo hak mu...?
utowo hak wong liyo terhadap aku...?
Iki menyangkut martabat manusia.... !!!
Mengenai benar kafir tidak orang itu....
wilayahnya Alloh.....
Urusan sesrawung antar manusia ...
adalah ojo nuding-nuding wong,...
itu merendahkan dan menyakiti hatinya....
Sedang di dalam Islam ....
sangat dilarang menyakiti hati orang lain....
Wis anggaplah misalnya Gus Dur itu antek Yahudi....
terus kalian mau apa.....!!!
Apakah kalian yakin ....
bahwa saya muslim ...?
Dari mana kalian tau saya muslim...?
Kalau ternyata saya hanya akting...?
Kalau darah saya halal....
wis gek ndang dipateni ....
dan okeh sing kudu dipateni....!!!
Alloh saja masih memiliki ruang ....
barangsiapa mau beriman maka berimanlah....
barangsiapa mau kufur...
silakan kufur....!!!
.
Maka....
kepada orang yang kita anggap sesat ...
atau kufur....
mbok wis didongakke wae ...
supaya diberi hidayah oleh Alloh...
Jangan dituding-tuding...
Itu menghina martabat manusia...
Musuh kita adalah kesempitan ....
dan kedangkalan berpikir...
koyo JARAN....!!!
Anda semua harus ombo...
dan jembar pikirane....
Harus mengerti kiasan...
dan konteks-konteks....
Makanya...
sebelum omong banyak tentang Islam....
yuk belajar dulu jadi manusia....
Manusia yang manusia itu melu keroso loro (sakit)...
kalau ada manusia lainnya disakiti hatinya....
Bahkan kalau kita menyakiti orang lain ...
aslinya kita sendiri juga merasa sakit....
Manusia yang jembar dan murni ...
itu sesungguhnya pandai merasa (rumongso/ngroso)...
Rosululloh saja ketika diprotes sahabat ...
tentang Bilal yang tak bisa mengucap huruf Syin....
kok malah dipilih sebagai muadzin...
justru menjawab...
pokoknya ...
kalau kalian mendengar dia mengucap sin....
padahal yang harusnya syin....
itu maksudnya syin.....
Itulah kearifan Rosululloh...
Kalau kalian tidak menerima hal ini....
berarti kamu menghina orang celat....
Bisa kualat kita ...!!!
*** MH. Ainun Najib
KET : Gbr Foto Cak Nun ketika di Pondok Gontor.
Langganan:
Postingan (Atom)