Rabu, 28 September 2016

Nasehat Mbah Hamid Pasuruan

Berpakaianlah yang rapi dan baik. Biar saja kamu di sangka orang kaya. Siapa tahu anggapan itu merupakan doa bagimu.

Kamis, 22 September 2016

Gus Jakfar - Oleh A. Mustofa Bisri

Di antara putera-putera Kiai Saleh, pengasuh pesantren "Sabilul Muttaqin" dan sesepuh di daerah kami, Gus Jakfar-lah yang paling menarik perhatian masyarakat. Mungkin Gus Jakfar tidak sealim dan sepandai saudara-saudaranya, tapi dia mempunyai keistimewaan yang membuat namanya tenar hingga ke luar daerah, malah konon beberapa pejabat tinggi dari pusat memerlukan sowan khusus ke rumahnya setelah mengunjungi Kiai Saleh. Kata Kang Solikin yang dekat dengan keluarga ndalem, bahkan Kiai Saleh sendiri segan dengan anaknya yang satu itu.
"Kata Kiai, Gus Jakfar itu lebih tua dari beliau sendiri," cerita Kang Solikin suatu hari kepada kawan-kawannya yang sedang membicarakan putera bungsu Kiai Saleh itu. "Saya sendiri tidak paham apa maksudnya."
"Tapi, Gus Jakfar memang luar biasa," kata Mas Bambang, pegawai Pemda yang sering mengikuti pengajian subuh Kiai Saleh. "Matanya itu lho. Sekilas saja mereka melihat kening orang, kok langsung bisa melihat rahasianya yang tersembunyi. Kalian ingat, Sumini yang anak penjual rujak di terminal lama yang dijuluki perawan tua itu, sebelum dilamar orang sabrang kan ketemu Gus Jakfar. Waktu itu Gus Jakfar bilang, 'Sum, kulihat keningmu kok bersinar, sudah ada yang ngelamar ya?' Tak lama kemudian orang sabrang itu datang melamarnya."
"Kang Kandar kan juga begitu," timpal Mas Guru Slamet. "Kalian kan mendengar sendiri ketika Gus Jakfar bilang kepada tukang kebun SD IV itu, 'Kang, saya lihat hidung sampeyan kok sudah bengkok, sudah capek menghirup nafas ya?' Lho, ternyata besoknya Kang Kandar meninggal."
"Ya. Waktu itu saya pikir Gus Jakfar hanya berkelakar," sahut Ustadz Kamil, "Nggak tahunya beliau sedang membaca tanda pada diri Kang Kandar."
"Saya malah mengalami sendiri," kata Lik Salamun, pemborong yang dari tadi sudah kepingin ikut bicara.
"Waktu itu, tak ada hujan tak ada angin, Gus Jakfar bilang kepada saya, 'Wah, saku sampeyan kok mondol-mondol; dapat proyek besar ya?' Padahal saat itu saku saya justru sedang kemps. Dan percaya atau tidak, esok harinya saya memenangkan tender yang diselenggarakan Pemda tingkat propinsi."
"Apa yang begitu itu disebut ilmu kasyaf?" tanya Pak Carik yang sejak tadi hanya asyik mendengarkan.
"Mungkin saja," jawab Ustadz Kamil. "Makanya saya justru takut ketemu Gus Jakfar. Takut dibaca tanda-tanda buruk saya, lalu pikiran saya terganggu."
***
Maka, ketika kemudian sikap Gus Jakfar berubah, masyarakat pun geger; terutama para santri kalong, orang-orang kampung yang ikut mengaji tapi tidak tinggal di pesantren seperti Kang Solikin yang selama ini merasa dekat dengan beliau. Mula-mula Gus Jakfar menghilang berminggu-minggu, kemudian ketika kembali tahu-tahu sikapnya berubah menjadi manusia biasa. Dia sama sekali berhenti dan tak mau lagi membaca tanda-tanda. Tak mau lagi memberikan isyarat-isyarat yang berbau ramalan. Ringkas kata, dia benar-benar kehilangan keistimewaannya.
"Jangan-jangan ilmu beliau hilang pada saat beliau menghilang itu," komentar Mas Guru Slamet penuh penyesalan. "Wah, sayang sekali! Apa gerangan yang terjadi pada beliau?"
"Ke mana beliau pergi saat menghilang pun, kita tidak tahu," kata Lik Salamun. "Kalau saja kita tahu ke mana beliau pergi, mungkin kita akan mengetahui apa yang terjadi pada beliau dan mengapa beliau kemudian berubah."
"Tapi, bagaimanapun ini ada hikmahnya," ujar Ustadz Kamil. "Paling tidak, kini kita bisa setiap saat menemui Gus Jakfar tanpa merasa deg-degan dan was-was; bisa mengikuti pengajiannya dengan niat tulus mencari ilmu. Maka, jangan kita ingin mengetahui apa yang terjadi dengan gus kita ini hingga sikapnya berubah atau ilmunya hilang, sebaiknya kita langsung saja menemui beliau."
Begitulah, sesuai usul Ustadz Kamil, pada malam Jum'at sehabis wiridan salat Isya, saat mana Gus Jakfar prei, tidak mengajar; rombongan santri kalong sengaja mendatangi rumahnya. Kali ini hampir semua anggota rombongan merasakan keakraban Gus Jakfar, jauh melebihi yang sudah-sudah. Mungkin karena kini tidak ada lagi sekat berupa rasa segan, was-was dan takut.
Setelah ngobrol ke sana kemari, akhirnya Ustadz Kamil berterus terang mengungkapkan maksud utama kedatangan rombongan: "Gus, di samping silaturahmi seperti biasa, malam ini kami datang juga dengan sedikit keperluan khusus. Singkatnya, kami penasaran dan sangat ingin tahu latar belakang perubahan sikap sampeyan."
"Perubahan apa?" tanya Gus Jakfar sambil tersenyum penuh arti. "Sikap yang mana? Kalian ini ada-ada saja. Saya kok merasa tidak berubah."
"Dulu sampeyan kan biasa dan suka membaca tanda-tanda orang," tukas Mas Guru Slamet, "kok sekarang tiba-tiba mak pet, sampeyan tak mau lagi membaca, bahkan diminta pun tak mau."
"O, itu," kata Gus Jakfar seperti benar-benar baru tahu. Tapi dia tidak segera meneruskan bicaranya. Diam agak lama. Baru setelah menyeruput kopi di depannya, dia melanjutkan, "Ceritanya panjang." Dia berhenti lagi, membuat kami tidak sabar, tapi kami diam saja.
"Kalian ingat, saya lama menghilang?" akhirnya Gus Jakfar bertanya, membuat kami yakin bahwa dia benar-benar siap untuk bercerita. Maka serempak kami mengangguk. "Suatu malam saya bermimpi ketemu ayah dan saya disuruh mencari seorang wali sepuh yang tinggal di sebuah desa kecil di lereng gunung yang jaraknya dari sini sekitar 200 km kea rah selatan. Namanya Kiai Tawakkal. Kata ayah dalam mimpi itu, hanya kiai-kiai tertentu yang tahu tentang kiai yang usianya sudah lebih 100 tahun ini. Santri-santri yang belajar kepada beliau pun rata-rata sudah disebut kiai di daerah masing-masing."
"Terus terang, sejak bermimpi itu, saya tidak bisa menahan keinginan saya untuk berkenalan dan kalau bisa berguru kepada Wali Tawakkal itu. Maka dengan diam-diam dan tanpa pamit siapa-siapa, saya pun pergi ke tempat yang ditunjukkan ayah dalam mimpi dengan niat bilbarakah dan menimba ilmu beliau. Ternyata, ketika sampai di sana, hampir semua orang yang saya jumpai mengaku tidak mengenal nama Kiai Tawakkal. Baru setelah seharian melacak ke sana kemari, ada seorang tua yang memberi petunjuk."
'Cobalah nakmas ikuti jalan setapak di sana itu' katanya. 'Nanti nakmas akan berjumpa dengan sebuah sungai kecil; terus saja nakmas menyeberang. Begitu sampai seberang, nakmas akan melihat gubuk-gubuk kecil dari bambu. Nah, kemungkinan besar orang yang nakmas cari akan nakmas jumpai di sana. Di gubuk yang terletak di tengah-tengah itulah tinggal seorang tua seperti yang nakmas gambarkan. Orang sini memanggilnya Mbah Jogo. Barangkali itulah yang nakmas sebut Kiai siapa tadi?'
'Kiai Tawakkal.'
'Ya, Kiai Tawakkal. Saya yakin itulah orangnya, Mbah Jogo.'
"Saya pun mengikuti petunjuk orang tua itu, menyeberang sungai dan menemukan sekelompok rumah gubuk dari bambu."
"Dan betul, di gubuk bambu yang terletak di tengah-tengah, saya menemukan Kiai Tawakkal alias Mbah Jogo sedang dikelilingi santri-santrinya yang rata-rata sudah tua. Saya diterima dengan penuh keramahan, seolah-olah saya sudah merupakan bagian dari mereka. Dan kalian tahu? Ternyata penampilan Kiai Tawakkal sama sekali tidak mencerminkan sosoknya sebagai orang tua. Tubuhnya tegap dan wajahnya berseri-seri. Kedua matanya indah memancarkan kearifan. Bicaranya jelas dan teratur. Hampir semua kalimat yang meluncur dari mulut beliau bermuatan kata-kata hikmah."
Tiba-tiba Gus Jakfar berhenti, menarik nafas panjang, baru kemudian melanjutkan, "Hanya ada satu hal yang membuat saya terkejut dan tgerganggu. Saya melihat di kening beliau yang lapang ada tanda yang jelas sekali, seolah-olah saya membaca tulisan dengan huruf yang cukup besar dan berbunyi 'Ahli Neraka'. Astaghfirullah! Belum pernah selama ini saya melihat tanda yang begitu gambling. Saya ingin tidak mempercayai apa yang saya lihat. Pasti saya keliru. Masak seorang yang dikenal wali, berilmu tinggi, dan disegani banyak kiai yang lain, disurati sebagai ahli neraka. Tak mungkin. Saya mencoba meyakin-yakinkan diri saya bahwa itu hanyalah ilusi, tapi tak bisa. Tanda itu terus melekat di kening beliau. Bahkan belakangan saya melihat tanda itu semakin jelas ketika beliau habis berwudhu. Gila!"
"Akhirnya niat saya untuk menimba ilmu kepada beliau, meskipun secara lisan memang saya sampaikan demikian, dalam hati sudah berubah menjadi keinginan untuk menyelidiki dan memecahkan keganjialan ini. Beberapa hari saya amati perilaku Kiai Tawakkal, saya tidak melihat sama sekali hal-hal mencurigakan. Kegiatan rutinnya sehari-hari tidak begitu berbeda dengan kebanyakan kiai yang lain: mengimami salat jamaah; melakukan salat-salat sunnat seperti dhuha, tahajjud, witir,dsb.; mengajar kitab-kitab (umumnya kitab-kitab besar); mujahadah; dzikir malam; menemui tamu; dan semacamnya. Kalaupun beliau keluar, biasanya untuk memenuhi undangan hajatan atau- dan ini sangat jarang sekali- mengisi pengajian umum. Memang ada kalanya beliau keluar pada malam-malam tertentu; tapi menurut santri-santri yang lama, itu pun merupakan kegiatan rutin yang sudah dijalani Kiai Tawakkal sejak muda. Semacam lelana brata, kata mereka."
"Baru setelah beberapa minggu tinggal di 'pesantren bambu', saya mendapat kesempatan atau tepatnya keberanian untuk mengikuti Kiai Tawakkal keluar. Saya pikir, inilah kesempatan untuk mendapatkan jawaban atas tanda tanya yang selama ini mengganggu saya."
"Begitulah, pada suatu malam purnama, saya melihat Kiai keluar dengan berpakaian rapi. Melihat waktunya yang sudah larut, tidak mungkin beliau pergi untuk mendatangi undangan hajatan atau lainnya. Dengan hati-hati saya membuntutinya dari belakang; tidak terlalu dekat, tapi juga tidak terlalu jauh. Dari jalan setapak hingga ke jalan desa, Kiai terus berjalan dengan langkah yang tetap tegap. Akan ke mana beliau gerangan? Apa ini yang disebut semacam lelana brata? Jalanan semakin sepi; saya pun semakin berhati-hati mengikutinya, khawatir tiba-tiba Kiai menoleh ke belakang."
"Setelah melewati kuburan dan kebun sengon, beliau berbelok. Ketika kemudian saya ikut belok, saya kaget, ternyata sosoknya tak kelihatan lagi. Yang terlihat justru sebuah warung yang penuh pengunjung. Terdengar gelak tawa ramai sekali. Dengan bengong saya mendekati warung terpencil dengan penerangan petromak itu. Dua orang wanita- yang satu masih muda dan yang satunya lagi agak lebih tua- dengan dandanan yang menor sibuk melayani pelanggan sambil menebar tawa genit ke sana kemari. Tidak mungkin Kiai mampir ke warung ini, pikir saya. Ke warung biasa saja tidak pantas, apalagi warung yang suasananya saja mengesankan kemesuman ini.
'Mas Jakfar!' tiba-tiba saya dikagetkan oleh suara yang tidak asing di telinga saya, memanggil-manggil nama saya. Masyaallah, saya hampir-hampir tidak mempercayai pendengaran dan penglihatan saya. Memang betul, mata saya melihat Kiai Tawakkal melambaikan tangan dari dalam warung. Ah. Dengan kikuk dan pikiran tak karuan, saya pun terpaksa masuk dan menghampiri kiai yang saya yang duduk santai di pojok. Warung penuh dengan asap rokok. Kedua wanita menor menyambut saya dengan senyum penuh arti. Kiai Tawakkal menyuruh orang disampingnya untuk bergeser, 'Kasi kawan saya ini tempat sedikit!' Lalu, kepada orang-orang yang ada di warung, Kiai memperkenalkan saya. Katanya, 'Ini kawan saya, dia baru datang dari daerah yang cukup jauh. Cari pengalaman katanya'. Mereka yang duduknya dekat serta merta mengulurkan tangan, menjabat tangan saya dengan ramah; sementara yang jauh melambaikan tangan".
"Saya masih belum sepenuhnya menguasai diri, masih seperti dalam mimpi, ketika tiba-tiba saya dengar Kiai menawari, 'Minum kopi ya?!' Saya mengangguk asal mengangguk. 'Kopi satu lagi, Yu!' kata Kiai kepada wanita warung sambil mendorong piring jajan ke dekat saya. 'Silakan! Ini namanya rondo royal, tape goreng kebanggan warung ini! Lagi-lagi saya hanya menganggukkan kepala asal mengangguk."
"Kiai Tawakkal kemudian asyik kembali dengan 'kawan-kawan'-nya dan membiarkan saya bengong sendiri. Saya masih tak habis pikir, bagaimana mungkin Kiai Tawakkal yang terkenal waliyullah dan dihormati para kiai lain bisa berada di sini. Akrab dengan orang-orang beginian; bercanda dengan wanita warung. Ah, inikah yang disebut lelana brata? Ataukah ini merupakan dunia lain beliau yang sengaja disembunyikan dari umatnya? Tiba-tiba saya seperti mendapat jawaban dari tanda tanya yang selama ini mengganggu saya dan karenanya saya bersusah payah mengikutinya malam ini. O, pantas di keningnya kulihat tanda itu. Tiba-tiba sikap dan pandangan saya terhadap beliau berubah."
'Mas, sudah larut malam,'tiba-tiba suara Kiai Tawakkal membuyarkan lamunan saya. 'Kita pulang, yuk!' Dan tanpa menunggu jawaban saya, Kiai membayari minuman dan makanan kami, berdiri, melambai kepada semua, kemudian keluar. Seperti kerbau dicocok hidung, saya pun mengikutinya. Ternyata setelah melewati kebon sengon, Kiai Tawakkal tidak menyusuri jalan-jalan yang tadi kami lalui. 'Biar cepat, kita mengambil jalan pintas saja!' katanya."
"Kami melewati pematang, lalu menerobos hutan, dan akhirnya sampai di sebuah sungai. Dan, sekali lagi saya menyaksikan kejadian yang menggoncangkan. Kiai Tawakkal berjalan di atas permukaan air sungai, seolah-olah di atas jalan biasa saja. Sampai di seberang, beliau menoleh ke arah saya yang masih berdiri mematung. Beliau melambai. 'Ayo!' teriaknya. Untung saya bisa berenang; saya pun kemudian berenang menyeberangi sungai yang cukup lebar. Sampai di seberang, ternyata Kiai Tawakkal sudah duduk-duduk di bawah pohon randu alas, menunggu. 'Kita istirahat sebentar,' katanya tanpa menengok saya yang sibuk berpakaian. 'Kita masih punya waktu, insya Allah sebelum subuh kita sudah sampai pondok.'
Setelah saya ikut duduk di sampingnya, tiba-tiba dengan suara berwibawa, Kiai berkata mengejutkan, 'Bagaimana? Kau sudah menemukan apa yang kaucari? Apakah kau sudah menemukan pembenar dari tanda yang kaubaca di kening saya? Mengapa kau seperti masih terkejut? Apakah kau yang mahir melihat tanda-tanda menjadi ragu terhadap kemahiranmu sendiri?' Dingin air sungai rasanya semakin menusuk mendengar rentetan pertanyaan beliau yang menelanjangi itu. Saya tidak bisa berkata apa-apa. Beliau yang kemudian terus berbicara.
'Anak muda, kau tidak perlu mencemaskan saya hanya karena kau melihat tanda "Ahli Neraka" di kening saya. Kau pun tidak perlu bersusah-payah mencari bukti yang menunjukkan bahwa aku memang pantas masuk neraka. Karena, pertama, apa yang kau lihat belum tentu merupakan hasil dari pandangan kalbumu yang bening. Kedua, kau kan tahu, sebagaimana neraka dan sorga, aku adalah milik Allah. Maka terserah kehendak-Nya, apakah Ia memasukkan diriku ke sorga atau neraka. Untuk memasukkan hamba-Nya ke sorga atau neraka, sebenarnyalah Ia tidak memerlukan alasan. Sebagai kiai, apakah kau berani menjamin amalmu pasti mengantarkanmu ke sorga kelak? Atau kau berani mengatakan bahwa orang-orang di warung yang tadi kau pandang sebelah mata itu pasti masuk neraka? Kita berbuat baik karena kita ingin dipandang baik oleh-Nya, kita ingin berdekat-dekat dengan-Nya, tapi kita tidak berhak menuntut balasan kebaikan kita. Mengapa? Karena kebaikan kita pun berasal dari-Nya. Bukankah begitu?'
Aku hanya bisa menunduk. Sementara Kiai Tawakkal terus berbicara sambil menepuk-nepuk punggung saya. 'Kau harus lebih berhati-hati bila mendapat cobaan Allah berupa anugerah. Cobaan yang berupa anugerah tidak kalah gawatnya dibanding cobaan yang berupa penderitaan. Seperti mereka yang di warung tadi; kebanyakan mereka orang susah. Orang susah sulit kau bayangkan bersikap takabbur; ujub, atau sikap-sikap lain yang cenderung membesarkan diri sendiri. Berbeda dengan mereka yang mempunyai kemampuan dan kelebihan: godaan untuk takabbur dan sebagainya itu datang setiap saat. Apalagi bila kemampuan dan kelebihan itu diakui oleh banyak pihak'
Malam itu saya benar-benar merasa mendapatkan pemahaman dan pandangan baru dari apa yang selama ini sudah saya ketahui.
'Ayo kita pulang!' tiba-tiba Kiai bangkit. 'Sebentar lagi subuh. Setelah sembahyang subuh nanti, kau boleh pulang.' Saya tidak merasa diusir; nyatanya memang saya sudah mendapat banyak dari kiai luar biasa ini."
"Ketika saya ikut bangkit, saya celingukan. Kiai Tawakkal sudah tak tampak lagi. Dengan bingung saya terus berjalan. Kudengar azan subuh berkumandang dari sebuah surau, tapi bukan surau bambu. Seperti orang linglung, saya datangi surau itu dengan harapan bisa ketemu dan berjamaah salat subuh dengan Kiai Tawakkal. Tapi, jangankan Kiai Tawakkal, orang yang mirip beliau pun tak ada. Tak seorang pun dari mereka yang berada di surau itu yang saya kenal. Baru setelah sembahyang, seseorang menghampiri saya. 'Apakah sampeyan Jakfar?' tanyanya. Ketika saya mengiyakan, orang itu pun menyerahkan sebuah bungkusan yang ternyata berisi barang-barang milik saya sendiri. 'Ini titipan Mbah Jogo, katanya milik sampeyan.'
'Beliau di mana?' tanya saya buru-buru.
'Mana saya tahu?' jawabnya. 'Mbah Jogo datang dan pergi semaunya. Tak ada seorang pun yang tahu dari mana beliau datang dan ke mana beliau pergi.'
Begitulah ceritanya. Dan Kiai Tawakkal alias Mbah Jogo yang telah berhasil mengubah sikap saya itu tetap merupakan misteri."
Gus Jakfar sudah mengakhiri ceritanya, tapi kami yang dari tadi suntuk mendengarkan masih diam tercenung sampai Gus Jakfar kembali menawarkan suguhannya.

ojo kakean sambat

profesor atheis

Seorang profesor yg atheis berbicara dlm
sebuah kelas.
Profesor: "Apakah Allah menciptakan sgala yg
ada?"
Para mahasiswa: "Betul, Dia pencipta
segalanya."
Profesor: "Jika Allah menciptakan segalanya,
berarti Allah jg menciptakan kejahatan."
(Semua terdiam, kesulitan menjawab hipotesis
profesor itu).
Tiba², suara seorang mahasiswa memecah
kesunyian.
Mahasiswa: "Prof, saya ingin bertanya. Apakah
dingin itu ada?"
Profesor: "Pertanyaan macam apa itu? Tentu
saja, dingin itu ada."
Mahasiswa: "Prof, dingin itu tidak ada. Menurut
hukum fisika, yg kita anggap dingin sbenarnya
adalah ketiadaan panas. Suhu -460 derajat
Fahrenheit adalah ketiadaan panas sama sekali.
Smua partikel mnjadi diam, tidak bisa bereaksi
pd suhu tsb. Kita menciptakan kata 'dingin'
untuk mengungkapkan ketiadaan panas.
Slanjutnya, apakah gelap itu ada?"
Profesor: "Tentu saja ada!"
Mahasiswa "Anda salah, Prof! Gelap jg tidak
ada. Gelap adalah keadaan di mana tiada
cahaya. Cahaya bisa kita pelajari, sedangkan
gelap tidak bisa. Kita bisa mgunakan prisma
Newton untuk mengurai cahaya mnjadi bbrapa
warna dan mempelajari panjang gelombang
stiap warna. Tapi, Anda tidak bisa mengukur
gelap. Sberapa gelap suatu ruangan diukur
melalui berapa besar intensitas cahaya di
ruangan itu. Kata 'gelap' dipakai manusia untuk
menggambarkan ketiadaan cahaya. Jadi,
apakah kejahatan itu ada?"
Profesor mulai bimbang, tp menjawab: "Tentu
saja ada."
Mahasiswa: "Sekali lagi anda salah, Prof!
Kejahatan itu tidak ada. Allah tidak
menciptakan kejahatan. Seperti dingin dan
gelap, 'kejahatan' adalah kata yg dipakai
manusia utk menggambarkan ketiadaan Allah
dalam dirinya. Kejahatan adalah hasil dari tidak
hadirnya Allah dlm hati manusia."
Profesor terpaku dan terdiam!
Dosa terjadi karena manusia lupa hadirkan
Allah dalam hatinya..
Hadirkan Allah dalam hati pada setiap saat,
maka akan selamat..
Itulah IMAN..
Dosa lahir saat IMAN tidak ada, jika Allah tdk
ada dlm hatimu maka Allah taruh setan dalam
hatimu...

Rabu, 21 September 2016

kepada yang menderita hatinya - cak nun

Syaikhona mbah kholil bangkalan



Syaikhona mbah kholil bangkalan ... seorang ulama' besar dan juga gurunya para ulama' diantara sepanenggal muridnya kh hasyim asyari kh ahmad dahlan mbah ma'ruf .. engakang sanget gedde perjuangane

Senin, 19 September 2016

kepasrahan pion (catur)

GURU MEMINTA MIRAS PADA MURIDNYA - Jalaluddin Rumi

Selamat Malam Saudara Saudari, selamat menikmati suasana malam ini, ini ada ada cerita yang kiranya layak untuk di baca.
GURU MEMINTA MIRAS PADA MURIDNYA
Suatu malam, Syaikh Jalaluddin Rumi mengundang Syaikh Syamsudin at-Tabrizi ke rumahnya. Sang Mursyid Syaikh Syamsuddin pun menerima undangan itu dan datang ke kediaman Rumi.
Setelah semua hidangan makan malam siap, Syaikh Syamsudin berkata pada Rumi: “Apakah kau bisa menyediakan minuman untukku?” (yang dimaksud: arak/khamr)
Rumi kaget mendengarnya, “memangnya anda juga minum?’
“Iya”, jawab Syams.
Rumi masih terkejut, ”maaf, saya tidak mengetahui hal ini.”
“Sekarang kau sudah tahu. Maka sediakanlah.”
“Di waktu malam seperti ini, dari mana aku bisa mendapatkan arak?”
“Perintahkan salah satu pembantumu untuk membelinya.”
“Kehormatanku di hadapan para pembantuku akan hilang.”
“Kalau begitu, kau sendiri pergilah keluar untuk membeli minuman.”
“Seluruh kota mengenalku. Bagaimana bisa aku keluar membeli minuman?”
“Kalau kau memang muridku, kau harus menyediakan apa yang aku inginkan. Tanpa minum, malam ini aku tidak akan makan, tidak akan berbincang, dan tidak bisa tidur.”
Karena kecintaan pada Syams, akhirnya Rumi memakai jubahnya, menyembunyikan botol di balik jubah itu dan berjalan ke arah pemukiman kaum Nasrani.
Sampai sebelum ia masuk ke pemukiman tersebut, tidak ada yang berpikir macam-macam terhadapnya, namun begitu ia masuk ke pemukiman kaum Nasrani, beberapa orang terkejut dan akhirnya menguntitnya dari belakang.
Mereka melihat Rumi masuk ke sebuah kedai arak. Ia terlihat mengisikan botol minuman kemudian ia sembunyikan lagi di balik jubah lalu keluar.
Setelah itu ia diikuti terus oleh orang-orang yang jumlahnya bertambah banyak.
Hingga sampailah Rumi di depan masjid tempat ia menjadi imam bagi masyarakat kota.
Tiba-tiba salah seorang yang mengikutinya tadi berteriak; “Ya ayyuhan naas, Syeikh Jalaluddin yang setiap hari jadi imam shalat kalian baru saja pergi ke perkampungan Nasrani dan membeli minuman !!!”
Orang itu berkata begitu sambil menyingkap jubah Rumi. Khalayak melihat botol yang dipegang Rumi. “Orang yang mengaku ahli zuhud dan kalian menjadi pengikutnya ini membeli arak dan akan dibawa pulang !!!” orang itu menambahi siarannya.
Orang-orang bergantian meludahi muka Rumi dan memukulinya hingga serban yang ada di kepalanya lengser ke leher.
Melihat Rumi yang hanya diam saja tanpa melakukan pembelaan, orang-orang semakin yakin bahwa selama ini mereka ditipu oleh kebohongan Rumi tentang zuhud dan takwa yang diajarkannya. Mereka tidak kasihan lagi untuk terus menghajar Rumi hingga ada juga yang berniat membunuhnya.
Tiba-tiba terdengarlah suara Syaikh Syamsudin at-Tabrizi; “Wahai orang-orang tak tahu malu. Kalian telah menuduh seorang alim dan faqih dengan tuduhan minum khamr, ketahuilah bahwa yang ada di botol itu adalah cuka untuk bahan masakan."
Seseorang dari mereka masih mengelak. “Ini bukan cuka, ini arak.”
Syams mengambil botol dan membuka tutupnya. Dia meneteskan isi botol di tangan orang-orang agar menciumnya. Mereka terkejut karena yang ada di botol itu memang cuka.
Tidak lama kemudian mereka memukuli kepala mereka sendiri dan bersimpuh di kaki Rumi. Mereka berdesakan untuk meminta maaf dan menciumi tangan Rumi hingga pelan-pelan mereka pergi satu demi satu.
Rumi berkata pada Syamsudin, “Malam ini kau membuatku terjerumus dalam masalah besar sampai aku harus menodai kehormatan dan nama baikku sendiri. Apa maksud semua ini?”
“Agar kau mengerti bahwa wibawa yang kau banggakan ini hanya khayalan semata. Kau pikir penghormatan orang-orang awam seperti mereka ini sesuatu yang abadi? Padahal kau lihat sendiri, hanya karena dugaan satu botol minuman saja semua penghormatan itu sirna dan mereka jadi meludahimu, memukuli kepalamu, dan hampir saja membunuhmu. Inilah kebanggaan yang selama ini kau perjuangkan dan akhirnya lenyap dalam sesaat ???"
"Maka bersandarlah pada yang tidak tergoyahkan oleh waktu dan tidak terpatahkan oleh perubahan zaman. Bersandarlah hanya kepada Allah SWT."
Dikutip dari kumpulan kisah Jalaluddin Rumi (By Rumi Institute)

Minggu, 18 September 2016

jangan berburuk sangka - KH. Maimun Zubair

tugas guru - KH. Maemun Zubair

Kamis, 15 September 2016

WALI PAIDI 45

Berminggu - minggu sudah wali Paidi pergi entah kemana, ada yg mengatakan beliau pergi umroh, ada yg bilang beliau sedang " bertapa " nirakati bangsa dan negara supaya mempunyai wakil rakyat dan pemimpin yg baik, ada juga yg meyakini kalau beliau sekarang pergi bersama seorang yg misterius yg konon adalah Nabi Khidir


Wali paidi ketika mau pergi hanya mengatakan dg bercanda kalau beliau mau pergi ke barat mencari kitab suci, kemanakah sebenarnya wali paidi pergi

Sebenarnya wali paidi sedang melakukan perjalanan dg sosok yg misterius yg konon adalah Nabi Khidir, wali paidi bertemu sosok yg misterius ini dg tidak sengaja, waktu itu wali paidi hendak pergi kepasar membeli ikan lele kesukaannya, di tengah jalan dia melihat seorang yg seumuran dgnya duduk di pagar tembok ditepi jalan, ketika wali paidi berjalan didepannya sosok ini melemparkan kerikil kpd wali paidi, dg agak kaget wali paidi menatap sosok misterius tsb, setelah berpandangan sejenak sosok tsb lalu turun dan melangkah pergi

Yg membuat wali paidi kaget dan berjalan mengikuti sosok tersebut adalah dg adanya " lumut " tipis kehijauan di pagar sehabis diduduki sosok misterius tsb, wali paidi melihat tanah dan kerikil yg bersentuhan dg kaki sosok ini jg menjadi kehijauan, rumput yg kering menjadi segar karenanya

Merasa di ikuti, sosok yg dipercaya sebagai nabi khidir ini berhenti dan menoleh kpd wali paidi
" Kamu kepingin tahu semua ini mengapa bisa terjadi "

Sebelum wali paidi menjawab sosok misterius itu berkata lagi " Mari ikut aku, biar kamu tahu..."

Semenjak itu wali paidi mengikuti sosok ini, dan mulai belajar kepada beliau, wali paidi menjadi tahu bahwa beliau kemana - mana memberikan kebaikan kepada sesama, memberi semangat kepada orang yg putus asa, menyirami hati-hati yg kering, membantu orang yg membutuhkan bantuan, mengajari orang kaya supaya senang bersedekah, sosok ini tidak mengajar dg lisan maupun tulisan kepada wali paidi tp sosok ini lansung memberi contoh yg baik, memberi uswatun hasanah kpd wali paidi.

Setelah dirasa cukup, sosok misterius ini memanggil wali paidi " Kamu jangan gampang merasa kagum melihat suatu karomah, karena karomah itu buah dari ke ikhlasan dlm ber amal sholeh yg istiqomah..."

Wali paidi mengangguk " Sekarang kamu pulanglah..." Ucap sosok misterius tsb

Wali paidi menunduk berniat mencium tangan sosok yg telah mengajarinya ini, tapi sebelum wali paidi mencium tangannya, sosok ini memegang pundaknya dan merangkulnya, sambil menepuk pundaknya sosok ini berkata
" Semoga kamu menjadi orang yg berfaedah kpd orang lain baik di dunia maupun di akhirat, sesuai namamu paidi..."

Wali paidi berjalan pulang, dan dia jadi paham mengapa semua yg tersentuh sosok yg misterius ini menjadi hijau, karena sosok ini bisa memberi kesejukan dan kedamaian kpd orang lain, kehebatan sosok ini adalah buah dari amal baiknya yg dilakukan dg istiqomah...

http://ekapitano.blogspot.co.id/2015/02/wali-paidi-45.html

WALI PAIDI 44

Wali paidi tertunduk haru setelah mendengar kabar kalau kiai sepuh sakit dan harus opname dirumah sakit, dokter memutuskan kiai sepuh harus operasi tapi kiai sepuh tidak mau dioperasi


Wali paidi meminta ijin kepada Allah supaya jasadnya menjadi dua, dan Allah mengabulkan permintaannya, jasadnya yg dhohir berada dirumah sedang jasadnya yg ghoib berada dirumas sakit mendampingi kiai sepuh

Ketika wali paidi sudah berada dirumah sakit, beliau lansung menuju kamar kiai sepuh dirawat, tampak disitu sudah berkumpul beberapa wali yg kesemuanya hadir dg jasadnya yg ghoib sama seperti wali paidi.

Wali paidi mengucapkan salam dan mencium tangan kiai sepuh, lalu menyalami satu persatu wali yg hadir disitu,

" nak, barusan saja nabi khidir pergi, beliau tadi disini sejak pagi..." ucap kiai sepuh kepada wali paidi

" alhamdulillah kiai..." jawab wali paidi

Didalam kamar itu ada ibu nyai, putra putri kiai sepuh dan beberapa kerabat, mereka tidak dapat melihat kehadiran wali paidi dan beberapa wali yg lain. Tampak diwajah para keluarga kesedihan yg mendalam, mereka sedih karena kiai sepuh tidak mau di operasi.

Wali paidi melihat wajah kiai sepuh, terlihat dg jelas kedamaian dan ketentraman diwajah kiai sepuh, wali paidi paham mengapa kiai sepuh tidak mau dioperasi, karena memang itulah bala' berupa penyakit yg harus ditanggung oleh kiai sepuh, setiap wali adalah payung bagi santri dan orang2 yg berada diwilayah kewaliannya, ketika turun bala' wali sebagai payung yg pertama kali menanggungnya, begitu jg dg kiai sepuh ini, beliau menanggung bala' tersebut sudah 3 tahun lebih. dan kiai sepuh menerima semua itu dg ikhlas karena itu sudah kewajiban dan tanggung jawabnya, maka tidaklah heran kalau kiai sepuh tidak mau dioperasi

Wali paidi dan beberapa wali yg lain bermunajat kepada Allah, dg harapan supaya Allah menurunkan ilham dg mengijinkan kiai sepuh untuk melakukan operasi. Dan Alhamdulillah Allah menurunkan ilham berupa diperbolehkannya kiai sepuh melakukan operasi, besoknya kiai sepuh mengabarkan kepada keluarganya kalau beliau bersedia beroperasi.

Semoga kia sepuh segera sembuh dan dipanjangkan umurnya, dan selalu dalam naungan Allah.....Amin.
Lalu wali paidi dan beberapa wali yg lain pamit pergi.....

http://ekapitano.blogspot.co.id/2015/02/wali-paidi-44.html

WALI PAIDI 43

Wali paidi berdoa disamping makam seorang sesepuh yg bisa juga disebut sebagai kiai tapi lebih ketara seperti seorang kejawen, ngomongnya ceplas ceplos tanpa tendeng aling-aling, orang banyak menggapnya kejawen karena setiap ada orang yg mengeluhkan masalahnya pada beliau selalu dijawab dg ajaran2 jawa, bahkan sesepuh ini pernah bilang kepada wali paidi kalau dia tahu setiap permasalah setiap orang yg datang kpdnya dg hanya melihat hari dan pasarannya ,kalau ada orang datang di hari rabu pahing, di waktu / jam sekian maka permasalahnya ini, melihat hari, pasaran dan jam itu sebagai petunjuk awal beliau. 


Yang menarik dan membuat wali paidi tertawa ngakak adalah gayanya yg ceplas ceplos tanpa tedeng aling2, wali paidi teringat diwaktu wali paidi sowan kepada beliau kala itu, Sewaktu wali paidi duduk dan ngobrol santai dg beliau datanglah seorang santri thoriqoh sowan kepada beliau, perasaan wali paidi jd gak enak melihat kedatangan santri ini, karena wali paidi yakin kalau sesepuh akan menghabisinya dg komentarnya yg ceplas-ceplos , dan gurauannya yg menyerempet bahaya

" ada apa.." tanya sesepuh

" begini mbah saya ini minta petunjuk, bagaimana cara menjadi salik ( pelaku thoriqoh ) yg baik, sehingga cepat mencapai jalan menuju Allah dan makrifat kpdNya...." kata santri

" thoriqoh itu kacangan..." ledek sesepuh

Wali paidi yg mendengar itu lansung tertawa ngakak, lalu sesepuh melanjutkan perkataannya

" orang thoriqoh itu orang yg tidak tahu, sehingga butuh jalan sebagai petunjuk..."

Santri thoriqoh ini kebingungan mendengar jawaban sesepuh ini, sesepuh memandang santri thoriqoh ini dg tatapan tajam dan sesepuh berkata lagi dg pedasnya

" opo matamu picek, gusti Allah itu lebih dekat dari urat nadimu, sudah dekat sekali kepadamu, trus mengapa kamu malah ngalor ngidul menyusuri jalan, berjalan kesana kemari mencari Allah, ya tambah jauh jadinya...."

" maka dari itu saya minta petunjuk pada simbah, supaya hati saya bisa hudur ilallah..." kata santri dg agak takut

" trus kalau kamu bisa hudur kpd Allah, bisa menghadap Allah, kamu mau bilang apa kepada Allah, mau sambat.... pingin sugih...pingin tamumu banyak...." kata sesepuh

Santri ini hanya garuk-garuk kepala semakin kebingungan, wali paidi mulai tadi hanya bisa tertawa melihat itu semua

" lihatlah dia..." kata sesepuh kepada santri sambil menunjuk wali paidi

" dia itu orang thoriqoh seperti kamu, diangkat jadi wali bukan karena thoriqohnya, tapi karena mengganti gurunya yg sudah mati, wali apa itu, wali kacangan, ecek - ecek, gak bahaya blas..."

Wali paidi tertawa terpingkal-pingkal mendengar ledekan sesepuh kepadanya dan dg masih tertawa wali paidi berkata mencoba membalas kepada sesepuh

" lumayan mbah daripada sampeyan dari dulu jd kiai sampai tuapun gak jadi wali..."

Sesepuh ganti yg tertawa mendengar sindiran wali paidi

" aku ora doyan, seumpama disuruh milih, mendingan aku jadi kiai seperti ini daripada jadi wali kacangan kayak kamu, isone mung ganteni gurune hehehehe..." balas sesepuh

" kan tetap aja wali..." kata wali paidi sambil menari-nari dihadapan sesepuh

Santri yang melihat kelakuan sesepuh dan wali paidi ini jadi gak karuan perasaannya, bingung bercampur pingin tertawa

" tugas para wali kan menjaga masyarakat, membimbing masyarakat, gampangannya melayani masyarakat, jadi kamu ini pelayanku dan aku ini juraganmu.." kata sesepuh ganti menari-nari dihadapan wali paidi

" hahahahaha....." wali paidi tertawa

Wali paidi tersenyum sendiri kalau mengingat peristiwa itu, sambil melihat pusara makamnya,

wali paidi berkata dihatinya " bisa jadi beliau ini wali yg derajadnya tinggi sehingga aku tidak mengetahui kewaliannya atau Allah punya pasukan khusus yg terdiri bukan dari kalangan wali, tapi kedudukannya diatas para wali....ah...memang betul apa kata sesepuh aku ini memang kacangan....."

http://ekapitano.blogspot.co.id/2015/02/wali-paidi-43.html

WALI PAIDI 42

Aku bergegas ke warungnya pak wi, guna mencari wali paidi, beliau biasanya berada diwarungnya pak wi jam segini, dan memang benar wali paidi sedang ngopi disitu. Setelah bersalaman aku duduk agak jauh dari beliau, karena kulihat ada dua orang yg sedang minta pendapat kepada beliau, kedua orang ini rapi, berpeci dan bersarung, wajahnya bersih bercahaya, aku tidak tahu bersihnya ini karena pemutih atau seringnya berwudlu, Aku berniat menanyakan tentang warna langit yg biru kepada beliau, tapi pertanyaan itu aku tahan dulu, karena ada tamu yg membahas hal yg lebih penting. 


Aku mendengar kedua orang ini sedang membicarakan apa langkah yg baik, yang harus dilakukan SF, rupanya kedua orang ini pengurus SF ( yayasan sebuah thoriqoh dijawa timur ), pengurus SF ini bercerita kepada wali paidi kendala-kendala yg dihadapi selama ini, dg tersenyum wali paidi ini menjawab

" kalau tidak salah SF ini dibentuk guna menyampaikan dawuh mas kiai kepada murid2nya yg tersebar didaerah2 diseluruh indonesia, biar seragam dan tidak menimbulkan kesalah pahaman,"

Wali paidi menghisap rokoknya lalu berkata lagi " tapi kenyataannya malah SF ini menimbulkan permasalahan baru, bukan karena SF nya tapi karena yg menjalankannya, "

" lalu bagaimana menurut sampeyan " kata salah satu dari mereka

" ini hanya pendapatku, bukan perintah, menurutku pengurus SF kalau pingin menyampaikan perintah dari mas kiai tinggal sowan saja kepada sesepuh yg berada didaerah yg dituju tersebut, sowan yg baik, ngomong yg enak, gak usah memakai acara resmi, kalau memakai acara resmi konsekwensinya membutuhkan biaya, dan ini bisa jadi fitnah yg macam-macam, biar nanti sesepuh didaerah yg menyampaikan perintah mas kiai tsb kepada para murid yg di bawah, para sesepuh lebih mengerti akan kondisi real para murid didaerahnya masing2...."

" inggih..inggih..." jawab mereka

" sekali lagi ini hanya pendapat, dan kita sama2 murid mas kiai, jadi perintah tetap hak penuh mas kiai dan yg tidak kalah penting jadi pengurus itu gak perlu dikenal atau menampakkan diri karena ini bukan pengurus sebuah partai...." jelas wali paidi

Tidak lama kemudian kedua pengurus SF ini pamit, setelah bersalam-salaman mereka pergi. Aku lalu mendekati wali paidi, sebelum aku bertanya wali paidi ini sudah tertawa:

" opo...wernone langit tah..." kata beliau kepadaku

" iya mas...." jawabku sambil nyengir

" warnanya langit.itu macam- macam, ke tujuh langit punya warna sendiri2, dan terbuat dari bahan berbeda..." kata wali paidi

" tapi kok terlihat biru mas..." tanyaku

" apa yg kamu lihat berwarna biru itu bukan langit, tapi hawa udara, warna birunya itu pantulan dari warna biru lautan..." jawab beliau

Sebelum aku bertanya lagi tentang warnanya laut beliau menjawab

" birunya laut itu karena pantulan dari salah satu batu diarsy, satu batu diarsy itu mengeluarkan warna yg bermacam-macam, ada warna hijau yg diserap tumbuh2an, aneka warna bunga itu juga menyerap pantulan batu yg berada diarsy, batu2 mulia yg berada dibumi ini juga menyerap pantulan cahaya batu arsy, Allah yg mengatur semuanya....." jelas wali paidi

" oh.....matur suwun mas...." jawabku

Sebelum aku beranjak pergi aku berkata kepada beliau : " mas kopiku sampeyan bayar yo...."

" hahahaha....iyo beres...." jawab beliau

http://ekapitano.blogspot.co.id/2015/02/wali-paidi-42.html

WALI PAIDI 41

Ketika wali paidi enak- enak ngopi dan menikmati rokoknya lewatlah seorang penjual kacang godok, orang ini menjual kacang dg memakai pikulan, memakai sarung, baju taqwa dan memakai peci yg semuanya terlihat lusuh, ketika menjual kacang dia hanya diam tidak berteriak menawarkan dagangannya, kalau ada orang memanggil baru dia berhenti, kalau gak ada yg beli dia berjalan terus 


" penjual kacang ini tetap tidak berubah sejak dulu, sewaktu aku kecil penjual kacang ini sudah jualan, dan sampai sekarang wajah, kulit dan pakaiannya tidak berubah, sama persis seperti yg dilihat wali paidi sewaktu kecil, " wali paidi membathin

Wali paidi tersadar kalau sebenarnya penjual kacang ini bukan orang sembarangan, wali paidi berdiri dan berniat menghampiri penjual kacang godok tsb. Penjual kacang itu masuk disebuah gang kampung, wali paidi mengejarnya, ketika wali paidi masuk gang penjual kacang itu sudah tidak terlihat hilang entah kemana

" mungkin beliau tidak berkenan dan asyik dg kesendiriannya " bathin wali paidi

Malamnya wali paidi bermimpi, dalam mimpi tersebut wali paidi bertemu dg gurunya seorang mursyid yg kamil yg sudah meninggal beberapa tahun yg lalu.

Dalam mimpinya guru wali paidi berkata kepadanya " nak, wali-wali Allah ada sebagian yg tersembunyi, gusti Allah memang menyembunyikan mereka, tugas merekapun hanya Allah yg tahu, semisal organisasi wali yg seperti ini tidak masuk menjadi anggota maupun jajaran pengurus, tapi lansung menjalankan tugas dari Allah. Nak, salah satu wali yg seperti ini adalah uwais alqorni dan penjual kacang godok yg kamu temui kemarin, mereka ini wali yg mastur ( tersembunyi ), jangankan aku, rajanya wali seperti syaikh abdul qodir maupun syaikh abu hasan as syadzili pun tidak akan tahu kalau mereka ini wali, bukan karena derajadnya lebih tinggi tapi Allah yg menyembunyikannya, andai aku masih hidup aku juga tidak akan tahu.."

Lalu wali paidi terbangun dari tidurnya " subhanallah....." ucap wali paidi

Besoknya wali paidi mencari keberadaan penjual kacang yg ditemuinya kemarin, tapi tidak ketemu, wali paidi memang tidak terlalu ngoyo mencari keberadaan penjual kacang tersebut hanya sekedarnya saja, kalau ketemu ya alhamdulillah kalau tidak ya gak apa-apa.

Baru satu bulan kemudian wali paidi mendengar keberadaan penjual kacang tersebut, beliau ini bernama Amin orang biasa memanggilnya pakmin kacang, beliau bertempat tinggal didaerah pinggiran salah satu kota dijawa timur, wali paidi baru tahu keberadaan pak amin ini setelah beliau sudah meninggal, menurut orang di kampungnya pakmin ini orangnya tidak banyak omong tapi jiwa sosialnya tinggi sekali,pernah pakmin ini sendirian membetulkan pagar sekolah SD yg roboh dikampungnya, dia menabung sedikit demi sedikit uang dari hasil menjual kacangnya, pernah juga pakmin ini sendirian membetulkan jalan dikampung yg sudah rusak parah, beliau memaving sedikit demi sedikit, memang membutuhkan waktu yg lama tapi akhirnya rampung juga.

Orang kampung banyak yg menasehati pakmin, supaya membiarkan saja jalan yg rusak tsb, karena sebentar lagi pemerintah yg membetulkannya dan itu memang sudah jadi program pemerintah, tapi pakmin tidak mau, beliau tetap membetulkan jalan tsb, beliau bilang " gak apa-apa, mudah2an dg membetulkan jalan ini, Allah memudahkan jalanku diakhirat kelak"

Lalu wali paidi diajak berjalan kesawah yg berada disamping rumah pakmin, wali paidi melihat dikejauhan ditengah areal persawahan ada sebuah surau ( langgar )

" itu langgar peninggalan pakmin, beliau baru saja merampungkannya sebelum meninggal " kata orang kampung tetangga pakmin ini

Tetangga pakmin ini lalu bercerita kepada wali paidi, kalau sebelum pakmin meninggal dia sempat bertanya kpd pakmin, mengapa beliau susah payah membangun langgar, sedang beliau ini miskin, biarkan orang - orang kaya saja yg membangun langgar krn itu mmg sudah kewajibannya, Beliau ( pakmin ) menjawab, : " nabi Nuh pernah mendatangiku, beliau ( nabi Nuh ) menyuruhku untuk membuat perahu seperti yg dibuat olehnya kala itu untuk menyelamatkan umat, dan dari perintahnya itu alhamdulillah Allah mengijinkan aku untuk membangun langgar kecil, langgar itulah perwujudan dari perahu nabi nuh..."

Wali paidi menunduk, menyembunyikan airmata yg mulai menggenang dimatanya, wali paidi tidak kuat menahan keharuan dihatinya, dia lalu pamit pergi " terimakasih...." pamitnya lirih

http://ekapitano.blogspot.co.id/2015/02/wali-paidi-41.html

WALI PAIDI 40

Di dalam perjalanan tiada henti wali paidi berdoa membaca sholawat yg ditujukan kepada semua orang yg ditemuimya di dalam perjalanan, hari itu wali paidi menuju ke rumah mas kiai, karena beberapa hari yg lalu wali paidi dipanggil untuk membicarakan arah perjuangan yg mas kiai perintahkan kepadanya


Selama ini wali paidi lebih mengutamakan untuk membimbing anak-anak nakal yg tidak tahu arah dan sudah dikucilkan dimasyarakat, wali paidi lebih senang merawat mereka, karena mereka ini kalau diarahkan tidak pernah membantah dan manutnya itu saklek tanpa dipikir panjang, pasrah bongkoan, beda dg para santri yg selama ini jg dibimbing oleh wali paidi, mereka lebih sering protes dan merasa dirinya sudah mengerti, kadang wali paidi jadi gregetan menghadapi para santri ini

Wali paidi masih ingat dg ucapan mas kiai yg mengistilahkan para anak-anak nakal ini dg sebutan " semak belukar "

" di..(wali paidi )..semak belukar kalau yg merawat itu seorang gembala, maka akan jadi makanan ternak semua, tapi kalau yg merawat itu seorang tabib maka semak belukar itu bisa jadi obat.."

Sejak itu wali paidi mulai memperhatikan anak-anak nakal yg kehilangan arah tersebut, wali paidi berjuang mengorbankan waktu bahkan uang demi untuk menemani mereka.

Sesampai dirumah mas kiai , wali paidi lansung disuruh masuk kekamar mas kiai dan setelah nyeruput kopi, mas kiai bertanya kepada wali paidi

" bagaimana pendapatmu tentang yayasan-yayasan yg aku bentuk selama ini..."

Wali paidi menjawab dg terus terang

" 80 persen mubazir mas, sedang mubazir itu senjatanya setan mas hehehe, orang - orang yg mas kiai percaya selama ini banyak yg tidak paham dan keliru memahami apa yg mas kiai perintahkan, mereka merasa sudah mengerti dan merasa bangga dg amanat yg mas kia berikan..."

" benar apa yg kamu ucapkan, kalau memang kamu berpendapat seperti itu kamu harus ikut bertanggung jawab untuk membantu membetulkan yayasan-yayasan yg aku bentuk selama ini, supaya berjalan di rel yg benar dan lurus..."jawab mas kiai

" inggih ...mas kiai " jawab wali paidi dg berat

Mas kiai tersenyum melihat wali paidi yg agak keberatan dg tugas yg ia berikan, mas kiai tahu kalau beban wali paidi sekarang menjadi semakin berat, karena mengarahkan santri yg ahli ilmu itu lebih sulit daripada mengarahkan para anak-anak nakal atau santri yg bodoh.

Melihat itu mas kiai menjelaskan kepada wali paidi

" walau bagaimanapun orang yg punya ilmu itu lebih tinggi derajadnya daripada orang yg tidak punya ilmu, mereka ini bagaikan pohon, dan yg namanya pohon itu tidak mudah untuk tumbuh dan jumlahnya semakin hari semakin sedikit, beda dg semak belukar, dimanapun dan kapanpun semak belukar ini bisa tumbuh, dan jumlahnya semakin hari semakin banyak..."

Wali paidi tersenyum sendiri, mas kiai tahu dg apa yg dilakukan dan yg dijalankankan olehnya selama ini,

" inggih mas...akan saya jalankan perintah mas kiai" jawab wali paidi

" pohon- pohon yg sukar untuk diatur kamu sisihkan dulu, carilah pohon-pohon yg mudah dan mau untuk diatur dan diarahkan, kalau pohon yg bagus ini sudah tertata, baru kamu tata lagi pohon-pohon yg ruwet itu, kalau mereka tetap tidak mau, tinggalkan saja mereka...." jelas mas kiai

" trus pohon yg ruwet itu buat apa mas kiai..." tanya wali paidi

" jadikan kayu bakar saja..." jawab mas kiai

" hahahahaha...." wali paidi tertawa

http://ekapitano.blogspot.co.id/2015/02/wali-paidi-40.html

WALI PAIDI 39

Sehabis dari makam gurunya wali paidi lansung menuju warung kopi di daerah botoran, " loodst coffee " warung kopi yg tertua dari loodst yg lain, seperti biasa wali paidi pesen kopi clasik karena hanya menu itu yg masih terasa kopi hehehe....


Wali paidi duduk diteras depan menunggu temannya yg masih sowan ke mas kiai, wali paidi menyeruput kopi clasiknya sedikit, karena kopi clasik ini tersaji dg cangkir yg sangat kecil, biasanya kalau wali paidi lagi ngopi di loodst raden wijaya dia pesan kopi clasik yg gelas agak gedhe, di loodst botoran ini dia lupa minta gelas yg agak gedhe ketika pesan tadi

Wali paidi mengarahkan pandangannya ke kaca yg bertuliskan loodst coffee, bathinnya berkata," semoga loodst coffee ini ada ditiap kota seluruh jawa, loodst coffe ini didirikan sejatinya untuk kesejahteraan umat bukan untuk memperkaya diri, siapapun yg ngopi disini ikut andil dalam mensejahterakan umat..."

Tak lama kemudian teman wali paidi datang, setelah temannya ini duduk wali paidi bertanya kepadanya

" dibilangin apa saja apa mas kiai..."

" disuruh membuat lapangan pekerjaan sebanyak-banyaknya..." jawab teman wali paidi

" hmm...disuruh lansung praktek " khoirunnas anfa'uhum linnas..." kata wali paidi

" iya...kang..." kata teman wali paidi

" memang salah satu karomah para wali saat ini adalah bisa memberi pekerjaan kepada orang lain...." jelas wali paidi

" tapi ada yg mengganjal dihati tentang perkataan beliau..." kata teman wali paidi

" apa itu..." tanya wali paidi

" mas kiai sangat tidak suka kalau melihat anak muda yg kerjaannya mancing...." jelas temannya

" hahahahaha......" wali paidi tertawa

" kita kan tahu, mbah kiai dimojokerto juga sering mancing..." jelas teman wali paidi

Wali paidi menyedot rokoknya dalam-dalam, lalu dia bercerita :

Dulu ada santri yg bertanya kepada mbah kiai, waktu itu mbah kiai sedang dalam posisi mancing

" kiai apa nabi Khidir suka dg orang yg mancing..." tanya santri

Santri ini berasumsi dan sering mendengar cerita kalau nabi khidir itu suka menjumpai orang tertentu ketika mancing

" bukan begitu, nabi khidir itu suka dg orang yg mempunyai jiwa yg tenang, dan biasanya orang yg mancing itu mempunyai jiwa yg tenang..." jawab kiai

Setelah mendengar cerita wali paidi temannya ini bertanya kpd wali paidi

" trus tentang dawuh mas kiai tentang mancing ini gimana.."

" mas kiai benar, sekarang orang yg suka mancing itu rata-rata bertujuan melarikan diri dari masalah yg dihadapinya, beda sekali dg mancingnya mbah kiai..." jelas wali paidi

" maksudnya kang..." tanya teman wali paidi

" Mbah kiai adalah orang yg sudah mempunyai jiwa yg tenang...."

Wali paidi diam, suasana menjadi hening beberapa saat, lalu wali paidi berkata lagi

" mbah kiai adalah orang yg dipanggil oleh Allah dalam surat al fajr.....

Wahai jiwa yg tenang Duduklah kamu disisiKu dg riang gembira dan penuh ridloKu Masuklah kamu kepada barisan para kekasihKu ( aulia ) Masuklah ke tempat yg tidak ada kesedihan maupun kegelisahan Mbah kiai mancing itu hanya sebagai sarana untuk berdialog dg tuhan, bukan bertujuan melarikan diri dari masalah, atau bukan karena gak kerasan tinggal dirumah karena diomeli istri, " jelas wali paidi

Teman wali paidi ini mengangguk-anggukkan kepalanya,

" oh...aku sekarang paham, mengapa mas kiai menyuruhku membuka lapangan pekerjaan .." kata teman wali paidi

" biar teman2 kita kalau mancing bukan sebagai sarana untuk melarikan diri, tapi sebagai sarana untuk mendekatkan diri kepada Allah..." tambah temannya lagi

" tidak hanya mancing, tapi banyak teman-teman kita yg menggunakan kuburan para wali sebagai sarana melarikan diri dari masalah, bukan karena niat berziarah....." kata wali paidi

" hahahaha......" wali paidi dan temannya lalu tertawa. —

http://ekapitano.blogspot.co.id/2015/02/wali-paidi-39.html

WALI PAIDI 38

Disebuah warung kopi ( loodst coffe Raden Wijaya ) duduklah wali paidi dipojok warung disebelahnya pintu masuk, wali paidi pesen kopi klasik satu cangkir, karena hanya menu itu yg menurut wali paidi yg terasa kopi. Lagi enak merokok datanglah temannya duduk disamping wali paidi, setelah bersalaman dan pesan kopi, temannya ini berkata kepada wali paidi


" bro aku habis menggoda setan....." ucap temannya

" hmm......." jawab wali paidi tersenyum

Teman wali paidi lalu bercerita

" sudah dua hari ini bro setiap aku mau sholat isya setan mendatangiku, kakiku dipijit, rambutku dibelai dan mataku ditiup olehnya, dan akhirnya aku kalah..."

Setelah menyalakan rokoknya teman wali paidi ini melanjutkan ceritanya dg penuh semangat

" dan tadi dihari ketiga aku berpura-pura terbuai oleh pijatan setan, tapi lama-lama aku mulai hanyut dan benar2 mau tertidur, ketika mataku mau terpejam aku bentak tubuhku untuk bangun, dan akhirnya aku bangun dan sholat isya, aku puas bisa membuat jengkel para setan yg gagal memperdayaiku..."

" apa kamu bisa melihat setan...." tanya wali paidi

" tidak, tapi aku bisa merasakannya..." jawab temannya

" sebenarnya setan tetap berhasil menggodamu.." kata wali paidi

" kok bisa begitu, coba sampeyan jelaskan.." pinta temannya

" kamu sholat isya sudah bukan karena Allah tapi karena pingin membuat jengkel para setan, padahal setannya gak jengkel malah senang melihatmu melakukan itu..." jelas wali paidi

" masya Allah.....iya ya....aku gak menyadari hal itu, trus selama ini gimana caranya sampeyan melawan hawa nafsu..." tanya temannya

" aku belum pernah melawan tapi hanya minta kepada Allah supaya diberi kekuatan menahan hawa nafsu, karena manusia sudah dicap sebagai golongan yg dhoif ( lemah ), manusia baru kuat kalau diberi kekuatan oleh Allah" jelas wali paidi lagi

" terimakasih bro...." kata temannya

Setelah menghabiskan kopinya temannya ini pamit pulang kepada wali paidi
Tidak lama berselang datang lagi teman wali paidi, tapi sikapnya beda dg temannya yg tadi, temannya kali ini setelah pesan kopi hanya duduk diam disamping wali paidi

" ada apa bro, soal jodohmu ya...." tanya wali paidi

Mendengar pertanyaan itu, wajah teman wali paidi ini terlihat berubah terlihat sumringah

" iya bro, ini kan sudah 2014 sedang jodohku belum ada juga, padahal aku sudah minta kpd Allah dan juga sudah minta didoakan oleh banyak kiai.." jawab temannya

" sebenarnya Allah sudah memberimu jodoh setiap kali kamu memintanya..." jawab wali paidi datar

" tapi bro ...kok sampai sekarang aku belum nikah.." protes temannya

" itu karena setiap kali Allah memberimu jodoh, kamu menolaknya, krn merasa jodoh yg diberikan oleh Allah tidak sesuai dg selera dan kekarepanmu..." jawab wali paidi

Teman wali paidi ini terdiam mendengar jawaban wali paidi dan nampak kalau hatinya belum bisa menerima dg apa yg diomongkan oleh wali paidi ini

" kamu tidak bisa mengatur Allah untuk memberimu jodoh yg sesuai dg keinginanmu, Allah maha perkasa gak bisa hambanya yg lemah seperti kita ini mengaturnya, tapi walaupun begitu Allah tetap maha rohman, setiap kamu menolak dan lalu minta lagi Allah tetap memberimu, sampai kapanpun Allah tetap mengabulkan permintaanmu biarpun kamu berkali-kali menolak pemberian Allah tersebut...." jelas wali paidi

 " lalu bagaimana bro...." tanya teman wali paidi

" gantilah doamu, jangan mengatur Allah, mintalah kpd Allah supaya hatimu kuat dan tabah menerima jodoh yg diberikan oleh Allah kepadamu..." jawab wali paidi

Temannya ini sekali lagi terdiam dan tetap masih belum juga bisa menerima apa yg diucapkan oleh wali paidi......

http://ekapitano.blogspot.co.id/2015/02/wali-paidi-38.html

WALI PAIDI 37

Dengan bersandarkan tembok wali paidi menikmati kopinya, sesekali dia menyedot rokoknya,



“ Allah…Allah….Allah….” dzikir wali paidi mengiringi hembusan rokoknya


Wali paidi mendoakan seluruh masyarakat dikampungnya, seluruh teman-temanya, guru-gurunya dan semua yg berhubungan dgnya, wali paidi bersiap-siap mau mengunjungi saudaranya yg baru mempunyai anak.

Setelah merasa cukup ngopi dan merokoknya wali paidi mengeluarkan motor dan mempersiapkan segala keperluan kalau hujan turun, dan berangkatlah wali paidi ke rumah saudaranya


Wali paidi sebulan ini diberi karomah oleh Allah berupa kilatan-kilatan kejadian2 yg akan terjadi dikemudian hari, orang jawa mengistilahkan “ weruh sak durunge winarah “ , repot juga sekarang jadinya, karena wali paidi kadang2 keceplosan omong, mengatakan sesuatu yg belum terjadi kepada orang2 disekitarnya


Dan ketika ada istri dari saudaranya ( teman seperjuangan wali paidi ) ini hamil, wali paidi mendapat kilatan cahaya dihatinya kalau anak dari saudaranya ini laki2, tapi saudaranya ini bilang kalau istrinya habis di USG dan hasilnya kalau calon anaknya ini perempuan, wali paidi sangat menghormati saudaranya ini, karena dialah yg memperingatkan wali paidi kalau dia mulai salah arah, wali paidi hanya diam setelah diberitahu oleh saudaranya ini, saudaranya ini lalu berkata lagi


“ kalau anakku lahir laki di….kelak dia akan jadi wali besar…”


Wali paidi tersenyum, dalam hati dia berkata : “ saudaraku ini memang lucu dan aneh, katanya perempuan doanya seakan calon anaknya ini laki hehehe…”


“ Amin…amin…amin….” Wali paidi dg sepenuh hati mengamini


“ tapi calon anakku ini perempuan di…. “ katanya kpd wali paidi


“ ha…ha…ha…..” wali paidi hanya bisa tertawa melihat semua ini


Dan kemarin wali paidi mendengar kalau anak dari saudaranya ini telah lahir, dan anaknya ternyata laki, wali paidi ikut bergembira mendengar khabar ini,


Wali paidi sampai di rumah saudaranya ini sehabis magrib, dan ternyata ibunda dari saudaranya ini ada disana, dan yg membuat wali paidi terkejut ternyata mas kiai guru wali paidi juga berada disitu


“ baru datang di…” Tanya mas kiai


“ inggih mas….” Jawab wali paidi


“ saudaramu masih menemui para tamu dari saura dekat sekitar sini, kamu sama aku ada…” ucap mas kiai,

Lalu mas kiai berdiri menuju sebuah kamar, dan wali paidi mengikutinya, sesampai dikamar mas kiai menyalakan tivi, dan duduk bersila


“ duduk sini di…sebentar lagi kopinya akan datang” ucap mas kiai


Wali paidi duduk disamping mas kiai, melihat tivi berdua, setelah memindah-mindah chanel akhirnya di temukan film action barat yg bagus.


“ wah iki film apik di…” ucap mas kiai dg gembira


Wali paidi hanya diam, wali paidi sebenarnya suka dg film itu, tapi wali paidi sudah pernah melihatnya dan tahu dg akhir ceritanya


“ gak suka dg film ini di…” Tanya mas kiai


“ ndak mas…” jawab wali paidi berterus terang, karena percuma kalau ngomong ditutup-tutupi


“ mengapa…” Tanya mas kiai lagi


“ karena sudah tahu jalan ceritanya…” jawab wali paidi lagi


Lalu dua cangkir kopi datang diantarkan kpd mereka, mas kiai membuka tutup cangkir kopinya dan menghirup aromanya, tampak wajah yg begitu bersyukur terlukis diwajah mas kiai, lalu mas kiai menaruh cangkirnya dan berkata :


“ ya begitulah kalau sudah tahu akhir ceritanya di…, walaupun film yg kau lihat itu bagus akan terlihat membosankan, makanya ketika Allah memberiku kilatan cahaya kejadian2 yg akan terjadi dimasa mendatang, aku meminta kepada Allah untuk menutupnya kembali, karena hidup ini akan gak asyik dan membosankan…..”


“Ha….ha…ha…ha….” wali paidi dan mas kiai tertawa,


“ ha…ha…ha…ha….” Mereka tertawa lagi, tahu sama tahu


“ begitu juga dg saudara kita yg baru punya anak ini, dia sebenarnya bisa melihat jenis kelamin anaknya, tapi dia tidak mau, biar jadi kejutan begitu katanya ..” ucap mas kiai


“ inggih…..inggih….hahaha…” ucap wali paidi


“ kasihan orang2 yg disekitarmu di…kalau kamu tidak minta kpd Allah untuk menutupnya….” Kata mas kiai


“ inggih mas…..” jawab wali paidi dan mulai berdoa kpd Allah untuk menutup kilatan cahaya karomah dihatinya

http://ekapitano.blogspot.co.id/2015/02/wali-paidi-37.html

Rabu, 14 September 2016

WALI PAIDI 36

" kring...kring......kring...."

 
wali paidi melihat hapenya, terlihat sebuah nama yg wali paidi sangat mengenal dan menghormatinya, wali paidi mengangkat hapenya

 " bro....ayo ngopi....." suara terdengar dr seberang
 
" siap...bro..." jawab wali paidi
 
wali paidi bergegas ganti pakaian, sarung wadimor dan baju ditanggalkannya, dia ganti memakai celana yg bawahnya mengecil yg dia tdk tahu celana apa ini namanya, kaos oblong ketat warna hitam dan rambut gaya kim jong il yg lg ngetrend saat ini, yg kanan kiri dipotong tipis tp atasnya dibiarkan lebat, wali paidi baru kemarin potong rambut model begini di tukang potong rambut madura
 
wali paidi bergaya seperti ini demi menghormati teman yg mengajaknya ngopi ini, wali paidi ini sampai sekarang masih heran dg temannya yg satu ini, penampilannya " mas bro banget " padahal kalau tahu dan lama bergaul dgnya, temannya ini luas dan dalam laksana samudera
 
wali paidi berangkat, padahal dia belum tahu temannya ini ngopi dimana, yg penting dia berangkat dg niatan nyambung seduluran.
 
tdk lama kemudian hapenya berbunyi, ada sms masuk

" aku tunggu di broJan coffee....." bunyi sms

" oke meluncur bro..." balas wali paidi dlm smsnya
 
sekitar satu jam an wali paidi sudah sampai di warung yg dimaksud, caffe yg bergaya modern dan gaul, wali paidi masuk kedalam, dilihatnya temannya ini sudah ada didalam bersama kawan2nya

 " hai....sini bro..." ucap temannya mempersilahkan duduk

wali paidi mengangkat tangannya ( say hello ) kemudian duduk, tidak lama kemudian datang seorang perempuan menyodorkan menu kpd wali paidi
 
" pesan apa bro..." ucap wali paidi kepada temannya

" terserah bro..." kata temannya
 
wali paidi mengambil menu dan membukanya, wali paidi mulai kebingungan dg gambar menu yg dilihatnya, gambar makanan dan nama yg aneh2 terpampang didepan wali paidi, wali paidi bingung karena selama ini wali paidi kalau ke warung tahunya hanya rawon dan nasi pecel, wali paidi mencoba melihat menu minuman, wali paidi tambah bingung karena gambar kopi hitam yg dicarinya tdk ada, yg ada hanya minuman warna warni dan aneh2, ada kopi tapi sdh dimodifikasi sedemikian rupa

" ini aja bro.." wali paidi menunjuk gambar minuman yg menurutnya menarik

" gak makan..." ucap temannya
 
" gak bro..." ucap wali paidi
 
" disini makanannya jg ada nasinya lho..." goda temannya tahu kalau wali paidi bingung
 
" gak bro udah kenyang..." kata wali paidi

 wali paidi sendiri tidak tahu mengapa dirinya merasa gak selera dan merasa kenyang setelah melihat gambar makanan dimenu. setelah makanan datang, mulailah wali paidi ngobrol-ngobrol, asap rokok mulai mengepul diantara mereka, mild, sam soe, marlboro berserakan diatas meja suasana di caffe sangat ramai, disebelah meja wali paidi ada sekelompok muda mudi yg sangat ramai, tertawa dan bersenda gurau dg hebatnya
 
" biarkan saja mereka bro, mereka itu masih mimpi, nanti kalau mereka bangun mereka akan menangis- nangis...." ucap temannya kpd wali paidi
 
wali paidi kaget, tiba2 wali paidi seakan-akan melihat mereka yg sedang bersenda gurau itu sudah mati berada dalam kuburnya dan menangis menjerit-jerit karena siksa
 
" ya Allah...ya Allah...astaghfirullah...." ucap wali paidi dg kaget dan spontan
wali paidi berdiri lalu duduk, berdiri lagi lalu duduk lagi
 
" ya Allah...bro...bro...gimana dg diriku bro...gimana dg diriku bro..." ucap wali paidi dg menunduk
 
wali paidi merasa dirinya selama hidup didunia ini bagaikan orang yg tidur dan bermimpi, dia sering melupakan Allah dan hanya mengejar kenikmatan dunia, kelak kalau dirinya mati dia baru sadar, seakan bangun dari tidurnya
 
" astaghfirullah.....astaghfirullah....." hanya itu yg keluar dr mulut wali paidi dg lirih.

http://ekapitano.blogspot.co.id/2015/02/wali-paidi-36.html

WALI PAIDI 35

Wali paidi dg perasaan gundah berniat pergi ketulungagung sowan ke mas kiai, dia sudah gerah ketika banyak yg melaporkan kpdnya kalau sekarang banyak para murid mas kiai kesana kemari menjual nama mas kiai untuk kepentingan dirinya pribadi, meminta uang dan minta dihormai secara berlebihan


ketika memasuki gerbang pondok, wali paidi melihat banyak orang duduk di sebelah musholla, sekitar lima orang yg duduk disitu, terlihat mereka adalah orang penting dipondok sini

" ada perlu apa mas...." tanya salah satudari mereka

" sowan ke mas kiai..." jawab wali paidi

" oh ke romo kiai..." jawab mereka

terlihat dari jawaban itu, kalau mereka tdk suka dg sebutan mas kiai yg di sebutkan oleh wali paidi, menurut mereka kurang sopan

" wah...skrng romo kiai tdk di ndalem, sampeyan ke makam aja dulu, menunggu disana..." jawab mereka

" inggih..." jawab wali paidi

ketika wali paidi mau beranjak pergi ke makam, ada suara yg memanggilnya

" di....paidi...ayo melu aku...."

wali paidi menoleh, dilihatnya mas kiai yg memanggilnya, wali paidi berbalik mendekati mas kiai dan mencium tangannya, serentak kelima orang yg duduk disebelah musholla berdiri berniat ikut salaman ke mas kiai, ternyata mereka duduk disitu juga menunggu mas kiai.

mas kiai mengangkat tangannya, beliau memberi isyarat kalau beliau tdk mau disalami, mereka lalu duduk kembali

wali paidi mengikuti mas kiai keluar dari pondok, mas kiai menuju mobil yg berada didepan gerbang, mas kiai menyuruh wali paidi masuk ke dalam mobil, didalam mobil sudah ada adik2 mas kiai, wali paidi menyalami mereka

mas kiai mengarahkan mobilnya ke selatan, wali paidi tdk tahu diajak kemana, mobil itu baru berhenti ketika didepannya ada warung kopi , mas kiai turun di ikuti adik2nya, wali paidi mengikuti dibelakang, warung kopi ini terlihat sederhana tp dari aroma kopinya,terasa kalau kopi di warung ini terasa nikmat.

adik2 mas kiai duduk agak menjauh, sedang walipaidi dan mas kiai duduk satu meja

wali paidi belum berani mengutarakan niatnya ke mas kiai, baru setelah pesanan kopi datang, dan mas kiai tampak sudah menyeruput kopinya, dan mulai menyalakan rokok mild-nya, wali paidi berniat mengutarakan unek2nya.

" dari rumah saja di..." mas kiai mendahului bertanya

" iya mas kiai..." jawab wali paidi

" begini di...kadang Allah menguji hambanya dg mendatangkan orang yg bernat menipu kpd kita, apakah hati kita akan terusik dg hal tsb atau tidak, seyogyanya kita dlm menata hati tdk boleh membedakan siapapun yg datang kpd kita, hati kita tdk boleh kemasukan sifat benci ataupun tdk suka kpd siapapun " kata mas kiai

setelah menghisap rokoknya mas kiai berkata lagi:

" Allah mengujiku dg mendatangkan para murid yg suka menjual namaku, suka meminta atas namaku, dlm hal ini tdk boleh sedikitpun didalam hatiku ada rasa benci atau tdk suka terhadap mereka, krn Allah lebih berhak memutuskan apa yg dikehendakinya, aku hanya membimbing mereka, kadang Allah mengirim orang untuk menipuku, apakah hatiku akan sedih dg uang ratusan juta yg raib krn ulah mereka, apakah hatiku akan benci kpd mereka, ini semua ujian di..., kadang untuk menghajar napsuku,aku malah memberi uang kpd mereka yg pernah menipuku....kita harus menjaga hati kita jgn sampai kemasukan sifat2 tercela..."

wali paidi menunduk, dan tampa bisa dicegah berlinanglah air matanya...

http://ekapitano.blogspot.co.id/2015/02/wali-paidi-35.html

WALI PAIDI 34

wali paidi bercerita, aku duduk melingkar bersama 5orang sepuh yg aku tdk tahu siapa mereka, tampak dari wajah mereka, kalaumereka sedang berdzikir sirr dan menunggu seseorang.


tak lama kemudian datanglah seorang pemuda yg kelihatannya miring otaknya, pemuda ini datang dg memakai sarung yg di lilitkan dilehernya bergaya seperti superman, dg agak bergumam pemuda ini ngomong2sendiri,

pemuda ini mengibas-ngibaskan sarungnya lalu mendekati kami, pemuda ini berdiri ditengah-tengah kami dan melewati satu persatu lima orang sepuh ini dg menutupkan sarungnya ke wajah mereka, ketika melewatiku pemuda ini tidak menutup wajahku dg sarungnya, pemuda ini mengitari kami sampai tiga kali, dan setiap lewat pemuda ini tetap menutupi lima orang sepuh ini kecuali wajahku saja yg tidak ditutupi sarungnya

setelah berputar sampai tiga kali pemuda ini berhenti dan menengadahkan wajahnya ke langit, lalu beranjak pergi sambil berkata dg jelas dan diulang-ulang

" musibah yg terbesar adalah terhijab dari Allah...."

seketika itu juga menangislah lima orang sepuh ini dg menjerit-jerit
aku hanya plungah plunguh melihat itu semua...

http://ekapitano.blogspot.co.id/2015/02/wali-paidi-34.html

WALI PAIDI 33

Wali paidi pertama diberitahu oleh nabiyullah Khidirkalau dia adalah wali pengganti, mengalami kekagetan yg lumayan menggoncangkandirinya


sejak pengangkatan itu dirinya sering sakit, setiapbulan minim 2 kali wali paidi sakit, kadang tiba2 kepalanya pusing dan tubuhnyagreges, ros2 tulangnya serasa mau copot, dan setiap diobati penyakit itu tetapsaja menghampiri dirinya, seakan obat2an tdkmempan melawan penyakitnya

akibatnya wali paidi sering tidak hadir diacara -acara yg biasa ia hadiri, seperti ngopi bareng, remian, maleman, melek an,sampai bolo - bolo meledeknya, seperti orang kere yg manja hehehe

wali paidi jg gak ngerti dg keadaan tubuhnya ygtidak seperti biasanya ini, sampai akhirnya Nabi Khidir menemuinya dirinyalagi, Nabi Khidir datang dg bentuk seperti salesman, sales produk air mineral. Nabi Khidir menjelaskan kepada wali paidi

" setiap wali menanggung bala' atau menjaditameng setiap bala' yg diturunkan oleh Allah kpd umatnya..."setelah menaruh barang dagangannya, Nabi Khidirmenjelaskan lagi

" bala' yg turun ditanggung oleh para walisesuai tingkatan masing2 wali, semakin tinggi derajat wali semakin berat juga bala' yg ditanggungnya, dulu alm Habib Abu Bakar as Segaf ketika meninggal perutnya ketahuan bolong karena menanggung bala' umat yg dinaunginya, beliau adalah qutb, pemuka dan sultan para wali, sedang tanggungan bala' yg paling ringan adalah sakit kepala, awak greges seperti yg kamu alami itu...."

wali paidi manggut - manggut, dia jadi mengertikalau dia adalah wali pemula, wali pengganti ( wali badal ) seperti pemaincadangan dalam sepakbola,

" matur suwun, maklum wali anyar2an jadinyamanja..." ucap wali paidi

Nabi Khidir berkata lagi

" bersikaplah biasa seperti orang yg tidak sakit, mereka para wali jg mengalaminya, tapi mereka menyembunyikannya...."

Nabi Khidir berdiri lalu beranjak pergi, baru berjalan beberapa langkah Nabi Khidir menoleh dan berkata lagi

" oh ya, setiap ada orang yg memuji2mu, kamu jg akan merasakan sakit seperti itu...."

wali paidi terdiam, dia menyeruput kopinya lagi,dan mengambil satu batang rokok dan menyalakannya. enak2 merokok lewatlah Nabi Ilyas disamping wali paidi yg menyamar sebagai penjual gorengan

" memang enak jadi wali...hehehe..." kata Nabi Ilyas setengah berlari menyusul Nabi Khidir....

http://ekapitano.blogspot.co.id/2015/02/wali-paidi-33.html